Selasa, 26 April 2016

Rilis Survei DKI April 2016 "Pilgub Jakarta, Rasionalitas Pemilih Di Antara Skandal Dan Kinerja"

Rilis Survei 
DKI April 2016
"Pilgub Jakarta,
 Rasionalitas Pemilih
Di Antara Skandal Dan Kinerja"



Waktu :
Senin, 25 April 2016

Tempat :
Populi Center,
Jl. Letjen S. Parman Kavling 4. Komplek BNI No. K-4. Slipi. Jakarta.

Acara ini membahas rilis survei terbaru April 2016.

Narasumber :
  • Prof. Hamdi Muluk (Pengamat Psikologi Politik UI)
  • Hamid Basyaib (Pengamat Politik)
  • Nona Evita (Peneliti Populi Center)

Sambutan :
Usep (Direktur Populi Center)
Ini survei ketiga tentang hal yang sama. Hampir semua media membahas isu ini. Masyarakat secara umum ingin pemimpin ideal orang yang kerja keras: mengabdi kepada masyarakat; Gubernur petahana mendapat elektabilitas tertinggi, meski dibayangi skandal Rumah Sakit Sumber Waras.Rakyat mengakui banyak sifat negatif tapi positifnya lebih banyak pada diri Ahok. Misal relokasi penduduk Luar Batang dimaklumi oleh sebagian besar warga Jakarta. Gubernur Jakarta bekerja lebih banyak untuk kepentingan mayoritas Jakarta bukan sebagian kecil. Rasionalitas sudah mengalahkan irasionalitas. Publik melihat apa yang dikerjakan Basuki Tjahaja Purnama(BTP) akuntabel dan positif tidak sekedar umbar janji. Kampanye negatif dan black campaign tidak mempan bagi BTP. Makin difitnah BTP semakin tinggi elektabilitas dan popularitasnya.


Ulasan Redaksi :

Nona Evita
Menyampaikan hasil survei 15-21 April 2016, dengan 400 responden.

Evaluasi Pemprov DKI :
74.3% puas
Leadership Ahok 73,7% puas.

Kepuasan publik atas BHP :
81,5% puas.

Program paling bermanfaat :
Kartu Jakarta Sehat 35%,
Kartu Jakarta pintar 23,2%,
Kemudahan Birokrasi Kelurahan 18%.

Isu yang perlu segera diselesaikan :
Kemacetan 23,5% dan
 harga bahan pokok yang tinggi 20,8%,
jumlah pengangguran 15,8%.

Ancaman banjir bukan top of 5 isu.

Kinerja pemprop DKI di Berbagai Bidang :
paling memuaskan pelayanan kantor kelurahan 90,7% puas;
pelayanan  puskesmas dan rumah sakit 85,6% puas.
Pembentukan petugas kebersihan 85% puas.

Kinerja BTP di berbagai bidang :
pendidikan 86% puas,
Penerangan jalan; kebersihan kota/ sampah 85,3% puas,
kesehatan 83% puas.

Evaluasi DPRD DKI :
 54,8% tidak puas.

Penilaian terhadap fasilitas umum :
Penerangan jalan 74,6% puas,
Ketersediaan tong sampah 74,3% puas,
taman kota 72,3% puas.

Evaluasi DPRD DKI Jakarta

Apa yang diingat saat mendengar DPRD DKI Jakarta :
tidak tahu 50,2%,
korupsi 18,3%,
 wakil rakyat 4,2%.

Evaluasi kinerja DPRD DKI Jakarta :
 57% tidak puas,
puas 21,3%.

Sudah mewakili aspirasi dan kepentingan warga DKI Jakarta,
tidak mewakili 56,4%,
mewakili 20,4%.

Dugaan keterlibatan Korupsi DPRD DKI :
70,3% percaya terlibat Korupsi

Popularitas :
Ahok 98,5%.
A Dhani 96%;
Dede Yusuf 88,5%,
Yusril 83,5%.

Tingkat positif :
BTP 76,2% positif,
Dede Yusuf 66,8% positif,
Yusril 63,2%,
Djarot 52%,
A Dault 37,5%.

Apa yang diingat saat mendengar BTP :
BTP tegas 39,8%.
Kasar 11,6%.
Gubernur DKI 6,2%,
Tionghoa 3,5%.

Apa yang diingat saat mendengar Djarot :
tidak tahu 46,5%
Wagub 33,2%
Santun 3,5%
pendiam 3,2%

Apa yang diingat saat mendengar Heru Budi Hartono :
tidak tahu 85%,
calon pendamping Ahok 4,8%.

Kasus RS Sumber Waras :
38% tidak percaya Ahok terlibat
Percaya 18,5% Ahok terlibat

Kasus reklamasi :
34,2% tidak percaya Ahok terlibat
19,5% percaya Ahok terlibat
Tidak tahu 23,8%

Siapa yang anda percaya informasinya :
Percaya Ahok 27,2%,
percaya BPK 19%,
Tidak tahu kasusnya 25,8%

Akseptabilitas Ahok :
73,2% layak,
19,2% tidak layak
63% yakin

kepemimpinan Ahok dapat membawa perubahan yang lebih baik :
21,2% tidak yakin

Jika BTP mencalonkan kembali sebaiknya :
independen 27,5%,
jalur partai 6,5%,
sama saja 49%.

Tingkat dukungan kepada Ahok :
59,2% mendukung,
23% tidak mendukung

Yang paling cocok jadi cawagub Ahok :
Djarot 17,5%,
Heru BH 16%,
lainnya 10,5%,
tidak tahu/jawab 56%

Pasangan Ahok-Heru 39,8% setuju,
12,8% tidak setuju.

Elektabilitas (top of mind) :
Ahok 50,8%,
Yusril 5%,
Sandiaga 1,5%.

Dukungan cagub yang diusung parpol :
62,2% mendukung, 14% tidak.

Dukungan terhadap cagub dari jalur independen :
62,2% mendukung, 12,8% tidak

Elektabilitas head to head :
BTP 56,8 vs Yusril 23,8%
BTP 61% vs Sandiaga Uno 13,2%.
BTP 62,2% vs A Dault 13%
BTP 62,2% vs Sjafrie S 8,8%
BTP 62% vs Djarot SH 8,8%
BTP 58,2% vs Ganjar P 14,8%

Pertimbangan latar belakang Cagub :
Sama saja 73,8%,
Betawi 11,5%,
jawa 8,5%,
Sunda 2,5%
Agamanya Islam 49%,
sama saja/tidak mempertimbangkan agama 45,8%.

Kriteria paling penting tegas.
Pasangan idaman BTP-Heru 11,8%
Cagub dan cawagub boleh beragama apa saja 46,2%,
harus sama-sama Islam 35%,
Cagub Islam cawagub boleh beragama apa saja 11,8%.
Kriteria paling penting Cagub :
tegas 35,5%,
bersih dari korupsi 22,5%,
merakyat 20,8%.

Pasangan idaman:
tidak tahu 37,9%,
Ahok-Heru 11,8%,
Ahok-Djarot 9,5%,

Simulasi pasangan head to head :
Ahok-Heru 52%,
Yusril- S Uno 21,5%.
Ahok-Heru 54%,
Djarot-S Uno 11%.
Ahok Djarot 9,5%

Simulasi pasangan head to head.

Hamid Basyaib
Dari hasil survei, papol harus introspeksi.Hanya di Indonesia Parpol berkelahi di pengadilan.Politik adalah seni berkuasa. Apa yang kita beri dan apa yang akan kita dapat. Seni berkompromi. Kehadiran parpol  tidak/belum terasa dan mengecewakan.
Survei menggembirakan.
1. Ahok unstoppable
Tidak melihat ada skandal dan masih diperdebatkan. Bukan penggusuran Luar Batang tapi relokasi.
2. Warga tidak peduli latar belakang calon (Agama; etnisitas). Warga DKI mencerminkan sikap politik nasional; dengan degradasi berbeda.Warga makin tahu apa itu pemimpin? Kesamaan agama sangat menyesatkan. Cuma memilih gubernur tidak lebih tidak kurang; hal diluar itu tidak penting. Warga tidak bisa dihasut dengan hal yang tidak relevan. Jalan raya; air bersih. Redefinisi apa itu pemimpin? Warga sudah mulai sadar tentang pemimpin yang ideal. Yusril Ihza Mahendra (YIM) calon pesaing BTP yang terkuat. Pilgub DKI makin magnetik; seolah daerah lain tidak penting. Bukan karena DKI sebagai Ibukota; tapi individu BTP yang fenomenal dan seolah-olah Pilpres. Masalah YIM apa didukung Partainya? Pilihan YIM sebagai calon perseorangan sudah terlambat. Bukan konteks hidup-mati; ini hanya soal politik. Bukan zero sum game. Harusnya kita belajar dari Pilpres USA; calon akan mengundurkan diri kalau prospeknya kecil. Bukan habis-habisan. Ini cuma pilgub dengan masa jabatan lima tahun.
Pendukung Ahok harus memikirkan kembali strategi kampanyenya. Misalnya mengubah gaya komunikasi BTP. Emosi BTP kurang stabil. Dalam beberapa hal BTP melampaui Ali Sadikin. Banyak hal yang tidak berani disentuh gubernur sebelumnya dilakukan BTP. Misal penataan Tanah Abang, Pasar Minggu. Relokasi Kalijodo; Kampung Pulo; Luar Batang. Penyediaan taman ramah anak. Luar Batang akan dijadikan wisata rohani Jakarta.

Prof. Hamdi Muluk 
Mengurus publik tidak mudah.  Basuki Tjahaja Purnama (BTP)  diserang terus justru semakin tinggi elektabilitas. Sebagai warga demokratis harus terus mempertanyakan dan mengeritik BTP. Mana kritik mana fitnah tidak jelas. Mana untuk kepentingan publik mana untuk kepentingan pribadi.KPK tidak/belum menemukan indikasi kesalahan BTP soal RS Sumber Waras. BTP lebih dipercaya publik daripada Badan Pemeriksa Keuangan. Tingkat kepercayaan terhadap politisi di manapun cenderung rendah; itu biasa. Tidak ada gunanya menyerang Ahok secara tidak substantif.
Parpol masih tertatih-tatih untuk mendapat kepercayaan publik. Problem ada di parpol sendiri.Parpol sebagai alat beberapa elitnya.40% kepala daerah yang terpilih bermasalah (korupsi). Istilah deparpolisasi istilah yang salah.Di Jepang tidak ada persyaratan mengumpulkan KTP untuk mendukung calon perseorangan.  Survei ini akan mencerahkan masyarakat. Dan demokrasi semakin maju.Ahli politik perlu meninjau asumsi-asumsi lamanya dalam kasus anomali BTP. Parpol harusnya berkontribusi terhadap kesantunan politik, fatsun/kesantunan bertindak.
Media dan Dewan Pers juga berkepentingan pers. Kebohongan yang diulang-ulang akan menjadi kebenaran (PR Nazi/Hitler). Retorik Donald Trump memecah warga USA. Ahok boleh kasar tetapi harus berbeda perlakuannya terhadap orang yang berbeda; jangan menyama ratakan. Etnisitas dan agama sudah tidak relevan. Kerangka besar demokrasi semakin kokoh.BTP adalah politisi yang "bodoh", harusnya menjelang pilkada dia berbaik-baik kepada publik. Calon juga tidak bisa muncul tiba-tiba untuk maju sebagai kandidat. Orang yang pernah mengurus publik dan pernah menjadi pejabatlah yang lebih berpotensi terpilih dibanding yang belum pernah menjadi pejabat.

Slide foto - foto selama acara


NOMagz.com

Tidak ada komentar: