Rabu, 20 April 2016

Policy Dialogue Series : The Middle Income Trap - Indonesia’s Challenge Ahead

Policy Dialogue Series:
The Middle Income Trap -
Indonesia’s Challenge Ahead



Waktu :
Senin, 18 April 2016

Tempat :
Gedung Yustinus Lantai 15, Unika Atma Jaya,
Jl. Jendral Sudirman No. 51, Jakarta.

Pembicara :
  • Faisal Basri
  • Gatot Arya Putra  (penulis makalah)
Penanggap :
  • Prof. Dr. Emil Salim (Economist, Former State-Minister on the Environment)
  • Dr. Enny Sri Hartati (Member of the Board of INDEF-Institute and expert on women economy)
  • Dr. Agustinus Prasetyantoko (Rector Atma Jaya Indonesia Catholic University)
  • Riatu Mariatul Qibthiyyah, S.E., MA., PhD, (Director LPEM FEB UI Institute for Economic and Social Research – Faculty of Economics and Business University of Indonesia)

Penyelenggara :
  •  Unika Atma Jaya
  • Frierich-Ebert-Stiftung (FES)


Ulasan Redaksi :

Sambutan Hutagalung
Unika Atma Jaya rutin mengadakan dialog berseri. Ini dialog keempat. Terima kasih kepada Friedrich-Ebert-Stiftung.

Remark Sergio (Friedrich-Ebert-Stiftung)
 Indonesia tidak bisa bergantung pada ekspor komoditi; dan harus beralih ke industri manufaktur. Indonesia akan terjebak pada middle income trap kalau pertumbuhan rata-rata ekonominya tidak mencapai 6%. Pembangunan infrastruktur adalah satu jalan keluar dari middle income trap. Menghargai kunjungan Jokowi ke Jerman, yang akan bertemu dengan Perdana Menteri, Presiden dan businessman Jerman.

Faisal Basri
Data PENN World 8.1, Indonesia di urutan 16 perekonomian terbesar dunia berdasar purchasing parity power; PDB per capita Indonesia USD 4.725, India USD 3.917; Tiongkok USD 8.919. Selama ini negara yang pertumbuhan ekonominya pesat adalah negara kecil. Seperti Singapura, Taiwan, Korsel, Israel. Belakangan pertumbuhan negara besar cenderung cepat misalnya India dan Tiongkok. Indonesia paling lamban pertumbuhan income per capitanya dibanding Tiongkok dan India sejak 2000 (1,6x).Kalau terjadi krisis risiko ekonomi Indonesia lebih tinggi dibanding Korsel. Pertumbuhan capital stock Indonesia juga tertinggal oleh Korsel sejak 2004. Dari ratio human capital, Indonesia juga tertinggal dari Korsel. 1961-2015 pertumbuhan GDP juga cenderung menurun.Ada 2 income trap, (1). 10.000-11.000 USD. (2). 15.000-16.000 USD.
Tingginya tenaga kerja hanya lulusan SD-SMP-SMA; Rendahnya kadar basis teknologi dalam produk manufaktur yang diekspor. 38% manufacturres export as % of total export. Taiwan dan Korsel adalah negara dengan kesenjangan ekonomi yang rendah. Ketimpangan tinggi;  1% Rumah Tangga Indonesia menguasai 50,3% total aset. Pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. Usul mengubah UU Perburuhan yang tidak disukai pengusaha dan buruh. Kunci menghindari middle income trap adalah pembentukan institusi yang kuat yang mengatur rule of the game.

Gatot Arya Putra
 Survei OECD 2012 terhadap anak didik Indonesia berusia 15 tahun. Perkembangan kognitif . Matematik 375 membaca 395; sains 382.Kemampuan kognitif anak Indonesia  cenderung menurun.70% siswa Indonesia buruk kemampuan membacanya.Budget R&D Indonesia 0,08%.Global innovation Index Indonesia kalah dari Kamboja.Export to GDP Indonesia sudah jauh disusul Korsel. 2011 Indonesia 0,19; Korsel 0,46.

Penanggap :
Prof. Dr. Emil Salim
Avoiding the middle income trap. Produktivitas menurun karena adanya politik perburuhan.Total Factor Productivity menurun Gap infrastructure menyebabkan cost tinggi.The development ladder, education for better human resource. Kita bukan negara kontinen tapi kepulauanDaya dukung lingkungan menurun. Kuncinya meningkatkan produktivitas dan daya saing.Jadikan Jawa utara sentra maritim dengan membangun sea-wall.

Riatu Mariatul Qibthiyyah, S.E., MA
Menghindari middle income trap. India dalam dua tahun terakhir pertumbuhan ekonominya pesat. Di Amerika Latin middle income trap merupakan 30% Income per capita USA. Negara-negara Asia sangat dinamis. Contohnya Vietnam yang sangat membaik ekonominya. Trajectory Ekonomi Indonesia belum ada. Jangan takut dengan keterbukaan ekonomi. Distribusi pendapatan-Gini Coefficient. Pertumbuhan ekonomi akan mengurangi kesenjangan ekonomi. Konteks dan cakupan investasi.

Dr. Enny Sri Hartati
Mengapreasi materi Faisal Basri dan Gatot yang lengkap dengan data komprehensif.- Indikator-indikator yang disampaikan Faisal Basri memenuhi persyaratan Indonesia masuk middle income trap. Mengkritisi sebagai bentuk kepedulian. Total Factor Productivity untuk industri manufaktur sudah di posisi minus. Sebelum krisis 0,09, kini 0,041%. Jadi terjadi pemburukan. Kontribusi 1999-2010 minus 60%.
Penyebab middle income trap
1. Pertumbuhan ekonomi kita tidak berkualitas. Tidak ada pemerataan pendapatan, Tidak ada trickle down effect. Eksploitasi Sumber Daya Alam; misal pertambangan, kehutanan. Tidak ada nilai tambah. Sektor pertambangan dan perkebunan lebih feodal/parah dibanding jaman penjajahan Belanda. Kini perkebunan dikuasai korporasi. Petani tidak menguasai faktor produksi. Multiplier effect tidak terwujud. Sektor ekstraktif kepemilikannya terkonsentrasi sehingga tidak optimal. Proporsi struktur ekonomi, kecil dan mikro porsinya masih sangat besar. Berikan akses usaha kecil dan mikro naik kelas, khususnya pemasaran dan pembiayaan. Kurva produksi kita tidak ada perubahan sekaligus alokasi faktor produksinya tidak efisien. Industri manufaktur adalah lokomotif pertumbuhan ekonomi. Diciptakan kegiatan yang memberi akses sumber daya bagi ekonomi mikro dan kecil.
2. Inefisiensi ICOR tinggi karena keterbelakangan teknologi. Teknologinya impor dan tidak up to date. Lemahnya penguasaan dan inovasi.Rendahnya kualitas Tenaga Kerja, dan pemanfaatan sumber energi.
3. Inkonsistensi kebijakan.Kalau industri dianggap penting dan mempunyai daya saing di produk hilirKawasan industri tidak tersentuh oleh pemerintah. Harusnya minimal 80%. Selama ini swasta yang berperan.Paket ekonomi hanya seolah-olah.
4. Kegagalan transformasi struktural.Dari tradisional menjadi agro-industri.Dan kita hanya mengekspor tenaga kerja ke luar negeri.

Dr. Agustinus Prasetyantoko
Growth pattern. Global imbalances.Situasi dan cuaca ekonomi kini beda dengan 30 tahun yang lalu. Intentitas gejolak dan krisis meningkat. Untuk keluar dari middle income trap kini lebih sulit. Bonus Demografi hanya sampai 2030. Asia paling cepat meninggalkan bonus demografi. Jepang dan negara Eropa meski mengalami pertubuhan ekonomi yang rendah tapi sudah berpendapatan tinggi. Pendidikan tinggi hanya dinikmati 10-15% warga negara Indonesia. Ranking higher Indonesia lebih rendah dibanding negara ASEAN lain. Jumlah publikasi kita juga rendah. Knowledge kalau dibagikan justru bertambah.
Rekomendasi Kebijakan :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan optimalisasi sektor industri.
2. Memperbaiki kelembagaan hukum dan sistem hukum.
3. Memperbaiki human capital.4. Memperbaiki belanja publik.
5. Memperbaiki distribusi pendapatan, aset dan akses berusaha.
6. Pembangunan daerah dan infrastruktur.
7. Kebijakan lainnya. Misal optimalkan perpajakan.

Slide foto - foto selama acara

  Beberapa Slide :

klik gambar untuk memperbesar

Slide Agustinus Prasetyantoko

Slide Faisal Basri

Slide Emil Salim

Slide Riatu Mariatul Qibthiyyah



www.NOMagz.com

Tidak ada komentar: