Sabtu, 31 Oktober 2015

Pemutaran dan Diskusi Film Silent Water (Kamosh Pani)

Pemutaran dan Diskusi Film 
Silent Water
(Kamosh Pani)


Hari/tanggal :
Jumat, 30 Oktober 2015,
Pukul : 16:00-20:30 WIB

Tempat : 
Pisa Cafe,
Jl. Mahakam No, 11 Blok M, Jakarta Selatan


Narasumber : 
Sana Jaffrey (peneliti, kandidat doktor Departemen Ilmu Politik, University of Chicago, Amerika Serikat)

ULASAN :

Silent Waters (Kamosh Pani, 2003) mengisahkan hidup janda Ayesha di Charki, sebuah desa Pakistan, pada 1979. Ayesha membesarkan anak laki-lakinya, Salim, di tengah darurat militer yang kemudian menyatakan Pakistan sebagai negara Islam. Tapi Salim justru bergaul dengan sekelompok fundamentalis dan menimbulkan masalah bagi para peziarah Sikh. 
Film arahan sutradara Pakistan, Sabiha Sumar, ini memenangkan penghargaan nasional dan internasional. Antara lain untuk kategori film terbaik, aktris terbaik, dan penyutradaraan terbaik pada Locarno Internation Film Festival (2003) di Swiss.


Film ini diputar dan didiskusikan dalam Pemutaran dan Diskusi Film Nobar Pisa bulan Oktober 2015. Kali ini, kami mengundang Sana Jaffrey, peneliti dan kandidat doktor di Departemen Ilmu Politik, University of Chicago, Amerika Serikat. 
Selain membincang film ini dari segi politik, Sana juga memberikan pandangannya sebagai warga negara Pakistan. 

Pemutaran dan Diskusi Film ini merupakan program bulanan Forum Muda Paramadina, Kafe Pisa Mahakam dan LSI Community yang memutar film-film peraih penghargaan internasional dan mengundang narasumber berkualitas sebagai pembahas. Selain menikmati aspek sinematografi, program ini diharapkan menjadi sarana untuk mempelajari gejala-gejala sosial, ekonomi, politik, budaya, dan keagamaan di seluruh dunia. Program ini gratis dan terbuka untuk umum (dengan reservasi) 
RSVP: Ayu Mellisa (ayu@paramadina-pusad.or.id)  

Slide foto-foto selama acara - 1


Slide foto-foto selama acara - 2


Slide Sana Jaffrey :

klik gambar untuk memperbesar






www.NOMagz.com

Jumat, 30 Oktober 2015

Dialog Publik Nasional “Mempertanyakan Komitmen Negara Mewujudkan Keadilan Iklim Berkeadilan Gender pada COP 21”

Dialog Publik Nasional
“Mempertanyakan Komitmen Negara
Mewujudkan Keadilan Iklim
Berkeadilan Gender 
pada COP 21” 


Waktu : 
Kamis/29 Oktober 2015

Tempat :
Ballroom Hotel Oria, Jalan KH Wahid Hasyim No. 85, Jakarta Pusat, DKI Jakarta


Narasumber sesi I :
  • Ahmad Gunawan Wicaksono (Kemen Lingkungan Hidup & Kehutanan)
  • Muchsin (Kemen Luar Negeri)
  • Nur Hidayati (WALHI)
  • Puspa Dewy (Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan)

Narasumber sesi II :
  • Erwin Widodo (Direktur Eksekutif Indonesia Climate Change Trust Fund)
  • Titi Suntoro (Aksi for Gender, Social and Ecological Justice)

Penyelenggara : 
Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan (Puspa Dewy, Ketua)  

Slide foto-foto selama acara


Slide Ahmad Gunawan Wicaksono :

klik gambar untuk memperbesar




Slide Erwin Widodo :

klik gambar untuk memperbesar



Slide Muchsin :

klik gambar untuk memperbesar







Slide Nur Hidayati :

klik gambar untuk memperbesar




Slide Titi Suntoro :

klik gambar untuk memperbesar





www.NOMagz.com

Diskusi "Menyambut Kembali Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri"

Diskusi
"MENYAMBUT KEMBALI
BAHASA INDONESIA
DI NEGERI SENDIRI" 

Waktu : 
29 October 2015 

Tempat : 
Unika Atma jaya, Gedung Yustinus, Lantai 14


Narasumber :
  • Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro (Mendikbud 1993-1998)
  • Dr jean Couteau (Pengamat Budaya Indonesia)
  • Dr Risa Permanadeli (Pusat Kajian Representasi Sosial Unika Atma Jaya)
  • Prof Dr Bambang Kaswanti Purwo (Unika Atma Jaya dan MLI)
  • Dr Katharina E. Sukamto (Unika Atma Jaya dan MLI)

Moderator :
  • Dr Rory Hutagalung
  • Dr Tyas (Psikologi Atma jaya) 

Pembahas :
  • Riris Sarumpaet (UI) 
  • Dr Yassir Nasanius (Unika Atma Jaya) 

Sambutan :
Dr RP Clara Ajisuksmo (Unika Atma Jaya dan MLI) 

Diskusi ini diselenggarakan dalam Rangka Menyambut Bulan Bahasa.


ULASAN : 

Dr. Katharina E. Sukamto (Unika Atma Jaya dan MLI)
Kebijakan bahasa keluarga sangat menentukan. Ada keluarga yang sengaja menjauhkan anaknya berbahasa Indonesia dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Dengan alasan supaya fasih berbahasa inggris dan mempunyai daya saing dalam mencari kerja di kemudian hari. Seorang anak usia dini mengabaikan bahasa Indonesia akan cenderung tidak menggunakannya. Banyak sekolah yang masih menggunakan bahasa Inggris meski sudah ada larangan oleh pemerintah. 

Prof Dr Bambang Kaswanti Purwo (Unika Atma Jaya dan MLI)
Keluarga cenderung memilih bahasa Inggris dan mengorbankan bahasa Indonesia; kalau harus memilih. Penelitian tentang alasan pemakaian Bahasa Inggris pada masyarakat perkotaan Indonesia. 

Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro (Mendikbud 1993-1998)
Sumpah Pemuda merupakan gebrakan dari atas bukan dari bawah untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pemerintah, media dan komunitas linguistik berperan penting memajukan bahasa Indonesia. Pengguna bahasa Indonesia 27%, bahasa Jawa 37%. Diperlukan gebrakan untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. 

Dr jean Couteau (Pengamat Budaya Indonesia)
Meski harus mengutamakan bahasa Indonesia tapi tidak harus meng go to hell kan bahasa Inggris. Bahasa Inggris digunakan untuk menciptakan jarak bagi orang kaya baru dan kaum elite. Segi politik penggunaan bahasa dan sejarah Mutu bahasa yang dipakai. Murid mempelajari bahasa Indonesia dari segi linguistik. Sedang sastra jarang dipelajari. Mutu tulisan mahasiswa di Bali belum sempurna. Masih ada beberapa kesalahan. Karena kelemahan proses pembelajaran. Transformasi menyebabkan memori kultural yang hilang. Mutu penerjemahan yang jelek. Bahasa Inggris dipergunakan dalam pergaulan internasional dan USA sebagai adi kuasa menggunakannya.

Dr Risa Permanadeli (Pusat Kajian Representasi Sosial Unika Atma Jaya) 
Menjelaskan sejarah bahasa Indonesia dan kaitannya denan bahasa Melayu. Sekolah Belanda dengan politik etis melahirkan priyayi yang akrab dengan bahasa asing. Bahasa = makna sosial. Bahasa = ilustrasi. Bahasa = ilusi Sosial. Bahasa Indonesia, bahasa Nusantara dan bahasa asing. 

Riris Sarumpaet (UI) 
Apa benar kita punya negara ? Apa benar kita memiliki 'sesuatu' yang menjadi milik sendiri ? Apakah benar kita ini orang Indonesia yang berada di negara sendiri ? Sesungguhnya kita sedang meratapi diri sendiri. 
Tanah kita ini sekarang bukan milik kita lagi. Air kitapun dijual. Unesco 1951 menyarankan pendidikan dilaksanakan dalam bahasa Ibu. Tapi kenyataannya keharusan sekolah menggunakan bahasa Indonesia menyebabkan bahasa daerah punah. Kebudayaan kita hanya untuk dijual. Alam kita sudah dirusak. SDA juga dimiliki asing. Kita hanya kacung yang tidak punya harga diri. Dulu kita menyebut negara agraris kini kita negara industri yang m emisahkan manusia dengan barang. Apa benar kita punya diri dan negeri sendiri ? Kita sudah diperhamba oleh diri sendiri. Pesoalan sendiri = identitas sendiri. Siapa kita ? Apa sesuai status martabat kita. Kita dibesarkan menjadi pemangsa. Seharusnya bagaimana membuat anak bahagia ? Tapi yang difokuskan ranking berapa di sekolah ? Apakah negara peduli dengan anda ? Undang-undang yang ada mencabut hak anak. Mengapa bahasa Indonesia menjadi pemersatu. Jangan heran sering ada tawuran. Kalau pengajaran berkaitan dengan pikiran tapi tanpa didampingi pendidikan karakter dan identitas diri. Jangan berkata buruk karena murid tidak diajak berpikir. 
Tidak bisa berpikir terang dan berpikir runtut. Ketiadaan kontek pengajaran bahasa dengan kehidupan murid. Tuna harga diri SBY dan Jokowi berpidato dalam bahasa Inggris; padahal ada UU yang mengharuskan pidato dalam bahasa Indonesia. Kalau dwi bahasa mengapa bahasa Indonesia bukan pilihan pertama ? Fungsi keluarga dan pendidikan anak usia dini dirusak olehnafsu memperoleh harta, kuasa dan tahta. 

Dr Yassir Nasanius (Unika Atma Jaya) 
Bahasa Indonesia sebagai bahasa tidak ada masalah. Karena bisa mengungkapkan pikiran penuturnya. Misal pelawak Cak Lontong, apa itu koruptor ? Apa itu Pejabat ? Kamu menuduh saya korupsi dari mana ? Dari melihat rumah dan melihat mobil saya ? Kalau begitu kamu pencuri karena masuk rumahku. Pendidikan yang baik kuncinya. Memberi penghargaan kepada siswa yang berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Memberi 'penghargaan' untuk Menteri yang berbahasa Indonesia jelek. Bagaimana agar jumlah koruptor tidak bertambah ? Jangan ditembak supaya jumlahnya tidak berkurang. Pak Habibie ditanya bagaimana Indonesia bisa mencapai kemajuan. Pak Habibie menjawab jika kita melakukan yang terbaik sesuai dengan bidang kita masing-masing.  

Slide foto-foto selama acara


Slide Dr Risa Permanadeli :

klik gambar untuk memperbesar





Slide Prof Dr Bambang Kaswanti Purwo :

klik gambar untuk memperbesar







Slide Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro :

klik gambar untuk memperbesar






www.NOMagz.com

Rabu, 28 Oktober 2015

Diskusi Publik "Setahun Jokowi-JK" dan Peluncuran Buku BABE, "Kisah Hidup Ridwan Saidi"

Diskusi Publik
"Setahun Jokowi-JK" 
dan Peluncuran Buku 
BABE, "Kisah Hidup Ridwan Saidi" 


Waktu :
28 Oktober2015

Tempat : 
Warung Daun. Jl. Cikini. Menteng


Narasumber diskusi :
  • Fadli Zon, SS, MSc., 
  • Ridwan Saidi
  • Salamudin Daeng
  • Drs Effendi Simbolon, MIPol

Moderator :
Amir Hamzah

Penyelenggara :
Institute for Policy Study and Renaissance Foundation  

Slide foto-foto selama acara


www.NOMagz.com

Seminar Parenting Minat Baca "Optimalisasi Peran Orangtua Sebagai Teladan dan Motivator Minat Baca Anak Usia Dini di Era Digital"

Seminar Parenting 
Minat Baca 
"Optimalisasi Peran Orangtua 
Sebagai Teladan dan Motivator 
Minat Baca Anak Usia Dini 
di Era Digital" 

 

Waktu : Rabu, 28 Oktober 2015

Tempat : 
Perpustakaan DKI, TIM
Jl. Cikini. 

Penyelenggara :
Badan Perpustakaan & Arsip Daerah (BPAD) Propinsi DKI Jakarta

Narasumber :
  • Dr. Tjahjo Suprajogo MSi 
  • Ir Adiyati Fathu Roshonah MPd 
  • Qurrota Aini 


ULASAN : 

Ir. Adiyati Fathu Roshonah 
Kecerdasan linguistik. Semua anak itu cerdas dan tidak ada anak yang bodoh. Keterampilan membaca dan menulis diperlukan oleh tipe anak kinestetik, visual maupun tipe audio. Manusia adalah pembelajar alamiah, pertama belajar secara oral. Faktor internal dan eksternal berpengaruh. Determinan biologis dan faktor lingkungan. Anak menyusun pengetahuannya sendiri. Tiap anak itu unik. Mendidik yang paling mudah adalah mendidik anak yang berusia dini. 

Dr. Tjahjo Suprajogo MSi. 
Semua yang kita lakukan itu alamiah. Ada proses pembentukan. Ibunya selalu mencatat dan menular ke dirinya. Misalnya mencoret-coret. Teori genetik dan teori membiasakan diri (habitual). Mitos menulis adalah bakat. Peran pengasuhan ibu begitu dominan dalam mempengaruhi anak. Peran ayah dalam pembentukan karakter. Habituasi sejak anak usia dini dalam keluarga adalah sangat penting. Ayah bunda harus punya komitmen yang sama dalam mendidik anak. Untuk remaja juga perlu habituasi. Mengajak anak ke Perpustakaan, ke penjual buku loak, toko buku, wisata buku. Remaja sudah sadar/kognisi mana yang baik dan mana yang buruk. Listening skill, speaking skill, reading skill, writing skill.  

Slide foto-foto selama acara


Slide Dr_ Tjahjo Suprajogo MSi :

klik gambar untuk memperbesar



Slide Ir Adiyati Fathu Roshonah MPd :

klik gambar untuk memperbesar