Minggu, 25 Oktober 2015

Diskusi "Peristiwa 1965 dalam Film Pasca-Orde Baru : Memori dan Suara yang Terpinggirkan"

Diskusi
"Peristiwa 1965 dalam Film
Pasca-Orde Baru:
Memori dan Suara
yang Terpinggirkan" 

Pembicara : 
  1. Putu Oka Sukanta (Sastrawan dan Anggota LEKRA)
  2. Dr. Nani Nurrachman Soetojo (Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya) 

Waktu :
Sabtu, 24 Oktober pukul 17.00

Tempat : Kineforum, Taman Ismail Marzuki
 

ULASAN :

Memori dan Suara yang Terpinggirkan Program "Memori dan Suara yang Terpinggirkan" di kineforum akan berlangsung selama lima pekan. Dua pekan yang tersisa setelah diskusi akan menayangkan dua film dokumenter panjang, dua film fiksi panjang, dan satu kompilasi berisi tiga film dokumenter pendek seputar LEKRA dan kesenian. 

Peristiwa 1965 dalam Film Pasca-Orde Baru:Memori dan Suara yang Terpinggirkan Dalam wawancara majalah TEMPO tahun 1984, Soeharto pernah menjawab bahwa “banyak yang belum diceritakan” dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Tendensi Soeharto pada saat wawancara tersebut mungkin lebih merujuk kepada adanya bagian-bagian dari propaganda yang belum selesai diceritakan. 
Setelah penumbangannya berlalu, jawaban Soeharto bisa kita interpretasikan berbeda. Sejak 1999, narasi yang belum tercerita mengenai pembantaian massal mulai rajin disajikan melalui berbagai media, termasuk film. 
Dari data yang dikumpulkan, media film hampir tak pernah putus (dalam catatan programmer, absensi film mengenai peristiwa 1965 hanya pada tahun 2000 dan 2010) bertutur soal peristiwa 1965—1966 dengan total sekitar 36 film. Angka tersebut bahkan bisa lebih, namun tidak mungkin kurang. Data tersebut mencakup film yang dibuat pembuat film dalam maupun luar negeri. 

Peristiwa 1965 dapat dikatakan menjadi topik yang pembahasan dan sudut pandangnya paling lengkap dibanding tragedi lain.Diskusi ini membahas memori dan suara parau yang tidak (pernah) menjadi bagian dari memori kolektif jutaan pengenyam wacana anti-komunisme yang diterapkan oleh Orde Baru. 
Dengan harapan, memori dan suara yang terpinggirkan ini dapat menggiring kita untuk menjawab pertanyaan, “Apakah yang sudah dilakukan saat ini dan apa yang bisa dilakukan serta diwariskan untuk masa depan?”. 
Rekonsiliasi melalui film dari kacamata Psikologi Sosial dan tantangan rekonsiliasi ke depan, baik dari tingkat individu, masyarakat, dan negara.  


...

Tidak ada komentar: