Minggu, 22 Mei 2016

TERAS KITA Talkshow Radio Sonora Network "Tantangan Mengatasi Kesenjangan Pendidikan dan Dunia Kerja"

TERAS KITA
Talkshow Radio Sonora Network
"Tantangan Mengatasi Kesenjangan
Pendidikan dan Dunia Kerja"



Waktu :
Sabtu, 21 Mei 2016

Tempat :
Restoran Solaria, Gedung Oil Center, Jl. MH. Thamrin No. 55, Jakarta

Narasumber :
  • Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
  • Tonny Harley Silalahi (Direktur POLMAN Astra - Sekolah Politeknik yang dikelola oleh Astra)
  • Prof. Dr. Ir.  Sigit Pranowo Hadiwardoyo, DEA (Direktur Program Vokasi Universitas Indonesia dan Ketua Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia)

Moderator :
Banu Astono  (Wartawan senior Kompas)

Kerjasama :
  • Kompas
  • Kagama
  • Sonora
.

Ulasan Redaksi :

Anies Baswedan
Kesenjangan konteksnya supply dan demand. Ketika demand turun, sekolah tidak mungkin menurunkan jumlah lulusan siswanya. Sebaliknya ketika demand meningkat jumlah lulusan tertinggal. Pada 1970an Korea Selatan mengalami over supply karena ada kebijakan meningkatkan lulusan pendidikan. Tapi setelah ekonomi Korsel meningkat para lulusan siap bekerja. Komponen pendidikan ada karakter; moral dan wawasan; agar bisa hidup mandiri punya skill untuk bisa bekerja. Ada gap apa yang diajarkan dengan yang dibutuhkan dunia kerja. Dengan mengajak privat sector dunia usaha, juga BUMN. Misal Astra, untuk mendekatkan kompetensinya.
Ekonomi kita mengalami perlambatan sejak 2013. Lulusan ada yang sudah  ada yang belum mampu bekerja; tergantung sekolah dan siswanya.Kemaritiman dan pariwisata sektor yang akan mengalami ekspansi yang luar biasa. Sektor manufaktur, misal otomotif, yang sudah punya sekolah yang meluluskan tenaga kerjanya sendiri. Ekosistem pendidikan. SMK dan industri harus tersambung. 341 SMK baru didirikan di tahun 2016.Program studi Kemaritiman, pariwisata, pertanian/perkebunan/peternakan. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja 10 tahun kedepan dari Kementerian Perindustrian dan kementerian Tenaga Kerja. Pengangguran tenaga kerja terbanyak dari lulusan SMK. Kemendikbud mendirikan Direktorat Penyelarasan Kebutuhan Industri dibentuk 2016. Misalnya SMK Seni Karawitan.
60% alasan turis datang adalah culture, 30% Keindahan alam. Ada kebutuhan riil dari perhotelan.Bidang kemaritiman dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan menambah SMK Kelautan dan Kemaritiman, misal di Maluku. Pendidikan dan pelatihan SMK Astra disambungkan dengan dunia usaha, berinteraksi langsung.Bersekolah tinggi itu baik, tapi tidak perlu segera artinya bisa bekerja dulu.Dan setelah bekerja baru kuliah.Lulusan STM/SMK tidak kalah dengan lulusan SMA. Ubah persepsi. Dengan dibangunnya infrastruktur akan muncul daerah-daerah baru yang membutuhkan tenaga kerja.Wajib belajar 9 tahun. Lulusan SMP boleh diterima bekerja. Indonesia yang eksostik akan menarik turis dari Tiongkok, India, Korea Selatan. Tidak sekedar memberi kail tapi juga memastikan adanya kolam untuk memancing. Tidak ada perbedaan yang mecolok lulusan S1 vs D3; tapi ditentukan oleh karakter/attitute orangnya.
Guru harus lulusan S1 atau D4 sesuai Undang-undangnya. Pendidikan formal S1 cenderung NPL nya lebih baik dibanding yang berpendidikan rendah. Komponen entrepreneur lebih banyak diberikan di lulusan vokasi/kejuruan dibanding di sekolah umum.Kebutuhan SMK pariwisata terbanyak di NTB dan Bali.Guru Garis Depan yakni menjadi guru permanen (pionir) di daerah terpencil sampai pensiun. Serpong 15 tahun yang lalu tidak semenarik sekarang. Serpong kini menjadi daerah yang maju pesat.Kita bergerak mengadopsi meritokratik bukan latar belakangnya tapi dilihat masa depannya.
Perusahaan MNC kini tidak melihat ijazah tapi melihat kinerja. Meski ada juga profesi yang memiliki sertifikasi misal Dokter dan Apoteker. Sertifikasi berfungsi sebagai signaling bahwa pemiliknya kompeten. Birokrasi kini juga bergerak ke meritokrasi. Pilihan jurusan vokasi adalah bisa berkarya lebih awal. Peluang meniti karir sampai puncak bisa dari lulusan SMK. Dan membantu ekonomi keluarga. 78% dari total angkatan kerja 120 juta lulusan SMP dan SD.

Tonny Harley Silalahi
Dinamika pendidikan dengan industri berbeda. Pendidikan cenderung steady sedang industri bersifat dinamis. Politeknik Astra lebih dekat ke industrinya. Kunci sukses, kedekatan dengan industri. 65% praktek di industri dan magang; 35% teori. Tugas akhir memberikan saran improvement di tempatnya magang. Tidak ada ikatan dinas meski ada 35% beasiswa Astra. Rata-rata 60% lulusan bekerja di Astra. Pengkaderan pimpinan di Astra ada dari management trainee ada dari lulusan SMK. Menyusun kurikulum dan memberikan peralatan untuk SMK sehingga lulusannya sesuai kebutuhan; serta diberi kesempatan magang.
Lulusan vokasi tidak harus bekerja di industri; tapi bisa jadi entrepreneur. Politeknik Manufaktur Astra peralatannya tidak secanggih di industri. Usul konsorsium industri yang menyediakan peralatan yang sesuai kebutuhan industri.Vocational education meningkat di USA maupun negara-negara ASEAN.

Prof. Dr. Ir.  Sigit Pranowo Hadiwardoyo, DEA
Kesiapan kerja, antara kebutuhan industri dengan di lulusan pendidikan    akademis, vokasi, profesi. Belum ada kesesuaian yang dibutuhkan dengan lulusan. Diploma Astra Menyusun kurikulum baru agar apa yang dibutuhkan industri bisa terpenuhi. Yang populer program studi akuntansi dan komunikasi. Biaya vokasi lebih besar biaya pendidikan S1.Universitas Indonesia tahun 2017 akan memprioritaskan vokasi. Kita cenderung mengukur dari ijazah bukan kompetensi. Kompetensi bisa disertifikasi sehingga tidak perlu mengambil S1. Jangan bangga karena meluluskan sekian S1 tapi juga perlu lulusan SMK/SMA. Bagaimana meluluskan program vokasi juga kompeten dan bersertifikasi. Pendidikan vokasi adalah mahal harus ada keberpihakan pemerintah agar lulusannya bisa diterima.

Slide foto - foto selama acara



NOMagz.com

Tidak ada komentar: