Peluncuran dan Diskusi
Jurnal MAARIF vol 10 no.2 Desember 2015
Jurnal MAARIF vol 10 no.2 Desember 2015
"Syiah, Geopolitik, dan Sektarianisme"
Waktu :
Rabu, 17 Februari 2016
Tempat :
Aula KH. Ahmad Dahlan Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah,
Jl. Menteng Raya No.62 Jakarta Pusat
Narasumber :
- Yunahar Ilyas, Lc.,M.Ag. (Muhammadyah)
- Dicky Sofjan, Ph.D (Indonesian Consortiummfor Religious Studies - ICRS)
- Hikmawan Saefullah M.A (Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran)
- Ahmad Imam Mujadid Rais (Pemimpin Redaksi Jumal MAARIF)
Penyelenggara :
MAARIF Institute for Culture and Humanity
Siaran Pers
Syiah, Sektarianisme, dan Geopolitik
Jakarta, 17 Februari 2016
Peningkatan gejala sektarianisme di Indonesia memasuki tahap yang mengkhawatirkan dan berpotensi mengoyak kebinekaan. Beberapa pengamat menyebut, Fenomena memburuknya hubungan Sunni dan Syiah ini tak lepas dari situasi geopolitik di Timur Tengah. Kampanye anti Syiah marak di media sosial misalnya inengalami peningkatan selepas tahun 2013. Kasus kekerasar secara eksplisit terjadi terhadap kelompok Syiah, seperti kasus penyerangan di Sampang yang menyebabkan kelompok ini mengalami pengusiran dari tanah kelahirannya dan harus tinggal di Wisma Puspa Argo, Sidoarjo. Fakta ini kemudian memunculkan Delbagai pertanyaan, Mengapa Syiah dipersoalkan? Bagaimana akar Syiah di Indoresia dan kaitannya dengan peta dunia lslam dalam level global? Apakah benar bahwa gejala sektarianisme (Sunni vs Syiah) di Indonesia berhubungan dengan dinamika geopolitik global saat ini?
Pertanyaan itulah yang mengemuka dalam acara diskusi dan peluncuran Jurnal Maarif Vol 10 edisi 2 Desember 2015, Rabu (17/2) di Aula KH. Ahmad Dahlan PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat. Jurnal MAARIF edisi kali ini mengambil tema "Syiah, Sektarianisme, dan Geopolitik". Hadir sebagai narasumber diskusi ini adalah Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, MA. (Ketua PP Muhammadiyah), Dicky Sofjan, Ph. D (International Consortium for Peligious Studies-ICRS UGM), Hikmawan Saefullah, MA (Hubungan Internasional Univ. Padjajaran), Dr. Umar Shahab (Ketua Dewan Syuro ABI), dan Ahmad imam Mujadid Rais, MA (Pimred Jurnal Maarif).
Ahmad Imam Mujadid Rais menjelaskan bahwa penyesatan atas kelompok Syiah di Indonesia disebabkan karena kurangnya informasi tentang Syiah yang sebenarnya. "Banyak informasi yang tidak tepat dan merujuk dari sumber yang tidak autentik". Terangnya. Terlebih hal ini diperburuk dengan kondisi peperangan di Timur Tengah dan kehadiran sosial media yang memperkeruh untuk proses penyaringan informasi. "Kehadiran jurnal ini berupaya memberikan informasi yang berimbang dari berbagai penulis dengan beragam latar belakang "terang Direktur Riset MAARIF Institute ini.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran, Hikmawan Saefullah berpendapat bahwa tensi yang meningkat antara Sunni dan Syiah di Indonesia tidak terlepas kampanyeAncaman Syiah" (The Shiah Threat). "Ini merupakan strategi kontra revolusi monarki negara-negara Teluk untuk mengamankan kekuasaannya dan dapat dikatakan tidak ada hubungan sekali dengan isu agama. Apa yang terjadi di Indonesia adalah dampak dari persaingan tersebut. Sehingga konflik internal Muslim-Sunni dan Syiah-justru akan merugikan Islam" terang Hikmawan.
Dicky Sofjan, yang menulis Sejarah dan Budaya Syiah di Asia Tenggara, mengatakan: bahwa Syiah telah hadir di Nusantara sejak ratusan tahun lalu. Budaya dan ritual Syiah telah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan beragama umat Islam di Indonesia. karena itu, bekal historis ini seharusnya menjadi pengingat bagi kelompok-kelompok intoleran bahwa Syiah lama menjadi bagian dari keindonesiaan kita. Bekal (sejarah) ini menjadi pegangan untuk tetap hidup toleran dan harmonis "terangnya. Demikian siaran pers ini kami sampaikan dan acas kerjasamanya kami sampaikan kasih banyak.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar