Minggu, 14 Februari 2016

Peluncuran Buku "Deradikalisasi"

Peluncuran Buku
Karya Muhammad A.S. Hikam
"Deradikalisasi”



Waktu : 
Jumat 12 Pebruari 2016 

Tempat : 
Bentara Budaya Jakarta,
Jln. Palmerah Selatan No. 17. Jakarta

Pembicara :
  • Dr. HC Asad Ali (Mantan Wakil Kepala BIN) 
  • Irjen Pol Drs HM Tito Karnavian PhD (Kapolda Metro Jaya) 
  • Mayjen TNI Agus Surya Bakti (Pangdam Wirabuana) 
  • Muhammad Subhan SD (Kompas) 

Moderator :
M Rahmad 


ULASAN Redaksi : 

Sambutan Muhammad AS Hikam
Pengalaman pribadi; ingin meninggalkan legacy. Mencintai dan bertanggung jawab terhadap tanah air. Pemantauan perkembangan masyarakat sipil Indonesia. Tanpa masyarakat sipil yang kuat Indonesia tidak akan menjadi negara demokrasi yang kuat. Kuncinya bagaimana menciptakan daya imun bagi masyarakat untuk menangkal radikalisme. Beberapa preskripsi melawan radikalisme. 

Dr. HC Asad Ali
Buku visioner, melibatkan masyarakat sipil. Komprehensif. 2002 Kompas tidak percaya. Deradikalisasi penting, karena di Indonesia beda dengan USA. Radikalisme terkait politik bukan agama. Pengikut NU sebaiknya yang berpikir tidak sekedar mengekor. Indonesia bukan negara agama sekaligus bukan sekuler. Negara dan agama tidak terpisahkan meski fungsinya berbeda. 
Tiga butir penting 
1. Pemahaman syarikat (Tradisi; akidah dan kebiasaan) 
2. Jihad 
3. Pengkafiran. Jihad versi Said Qutub adalah perang. Radikalisme bisa timbul karena intoleransi. 

Irjen Pol Drs HM Tito Karnavian PhD 
9/11 kejadian teror di USA. USA merasa terhina sebagai super power. Oktober 2002 Bom Bali I. Bom Jalan Thamrin. Kok bisa pelaku berani mati. Ideologilah inti persoalannya. Untuk melawan radikalisme muncullah deradikalisasi. Terorisme yang diinspirasi oleh ajaran agama. Psikolog banyak mempelajari radikalisme. Orangnya sehat; tidak gila; bahkan banyak yang kaya. Misal Osama Bin Laden, Dr Aiman. 
Definisi radikalisasi :
1. Proses adoption 
2. Belief System. Ideologi kembali kejayaan Islam. Darul Islam sesuai kekalfahan. Saling tukar menukar antara politik dan ideologi. Kasus bom bunuh diri di Pakistan ibarat kasus curanmor di Indonesia. Ideologi radikalisme bukan asli Indonesia, jadi harus menjalin kerjasama global. Melemahkan rekruiter dan penyebarnya/narasinya. Memperkuat masyarakat sebagai counter radikalisme. Moderasi radikalisme. Intensifkan ideologi tandingan yakni Pancasila dan demokrasi. Memahami konteks lokal. 

Muhammad Subhan SD 
Pikiran kita dirasuki radikalisme. Agama punya sistem kepercayaan. Agama sebagai system of worship. Motif Sosiologi (politik kontrol sosial) Agama punya dua wajah. Bagaimana agama sangat damai dan lunak (tolong menolong). Sekaligus wajah keras, misal bom bunuh diri. Kini teror selalu menyasar Islam. Padahal ada juga Kristen vs Katolik di Irlandia Utara. Yang terjadi teroris ini persoalan politik global. Sepanjang ada kebencian ada reaksi. Ada bekas narapidana yang menjadi lebih radikal misal Bahrun. 
Masyarakat sipil harus diedukasi. Jangan mengalienasi bekas radikalis. Hentikan pemberian dana kepada kelompok radikal. Hentikan buruk sangka. Perebutan sumber daya alam juga penyebab radikalisme.

Slide foto-foto selama acara

 

.

Tidak ada komentar: