Kupas Tuntas "Benarkah JKW Melakukan Pembunuhan Terhadap Mirna"
Kupas Tuntas
"Benarkah JKW Melakukan Pembunuhan Terhadap Mirna ?"
Waktu : Jumat, 5 Februari 2016
Tempat : Dunkin Donat, Menteng (sebrang Galeri Keris Menteng) Jakarta Pusat Kopi "sianida" Vietnam tlah mengakhiri hidup seorang Mirna. Ada sepenggal pertanyaan yang ikut menggambarkan perasaan publik. Sudah tepatkah langkah Polda Metrojaya menetapkan JKW sebagai TSK dalam kasus ini? Benarkah JKW yang melakukan Pembunuhan terhadap Mirna? Untuk menjawabnya mari hadiri diskusi kami dengan tema :
Pembicara :
Dr. Chudri Sitompul (Pengamat Hukum Pidana UI)
Lely Arrianie
Edi Hasibuan (Kompolnas)
Dr (Can) Dewi Priggodani SH, MH(Direktur Executive Bidang Kajian Hukum IDM)
Siane Indriyani(Komnas Ham)
Adhie Massardi
Pengundang : Indonesian Monitoring Development
ULASAN Redaksi :
Edi Hasibuan
Mengharapkan orangtua Mirna tidak terlalu vulgar memberikan pernyataan pada media agar tidak menyulitkan pengusutan. Mengharapkan kepolisian tidak terpengaruh opini publik, tapi fokus mencari2 bukti yang lengkap dan kuat.
Siane
Sebagai pihak yang menerima laporan J. Sejak pertama dipanggil, J sudah diperlakukan seolah2 sebagai tersangka. Mempertanyakan kenapa CCTV tidak dibuka ke publik, tapi hanya boleh diakses orang2 tertentu saja ?
Chudri Sitompul
Keterangan saksi harus didukung bukti2 yang lain Banyak kejahatan yang tidak terungkap karena tidak ada saksi. Pada dasarnya, hukum pidana itu melanggar HAM.
Lely Arrianie
Tidak sepakat menyalahkan media. Menilai J orang ekstrovert, berarti melakukan dulu sesuatu, urusan lain belakangan. J tenang, karena dia memahami benar orang yang dia ajak bicara.
Adhie Massardi
Sejak Bimantoro, kepolisian sudah terlibat di politik. Sehingga kepolisian sulit dipercaya masyarakat. Lambat mengungkap kasus salah, telat juga salah. Dari kasus Mirna ini, polisi harus intropeksi, mencoba jujur pada masyarakat.
Dewi Priggodani
Menilai polisi sudah bekerja dengan baik, sudah sesuai UU. Pegawai cafe sudah diperiksa, sudah ada hasil laboratorium forensik, dan didukung adanya CCTV. Polisi harus bekerja keras lagi supaya hasil kerja mereka didukung oleh kejaksaan dan pengadilan.
Slide foto-foto selama acara - 1
Slide foto-foto selama acara - 2
Ulasan Lely Arrianie:
klik gambar untuk memperbesar
Lely Arrianie Dosen Komunikasi Universitas Bengkulu Dan Ketua Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Jayabaya Jakarta
Jika kemudian Jessica ditetapkan sebagai tersangka kasus terbunuhnya Waryan Mirna dalam tragedi secangkir kopi Viet Nam yang dihirupnya, lalu diakhiri dengan penangkapan Jessica pada hari sabtu 30 Januari 2016 di bilangan Mangga Dua jakarta, bisakah kita mengatakan kasus ini telah berakhir? Akan banyak rangkaian proses hukum yang akan ditempuh Jessica untuk sampai pada pembuktian secara hukum dipersidangan untuk pada akhirnya dia dinyatakan bersalah atau tidak, biarlah itu menjadi ranah para ahli hukum yang membahas dan menelaahnya berdasarkan hukum yang berlaku di negara kita, karena saya lebih tertarik untuk menelisik bagaimana Jessica pasca terjadinya peristiwa kematian Mirna itu akhirnya menjadi selebritis media yang wara wiri tampil dengan wajah innocent di berbagai layar kaca media kita.
Membaca Jessica
Saya menjadi tergelitik untuk membuka berbagai literatur ketika saya menjadi mahasiswa Pascaasarjana Magister Psikologi puluhan tahun lalu, terusik dengan sebuah teori yang pernah dibahas dikelas untuk mengkaji objek sikap manusia yang mengatur cara berkomunikasi dengan orang lain melalui perilaku utama Jessica menjadi figur yang demikian ekstrover yang lazim diperlihatkan hampir dua pertiga populasi orang orang dewasa dinegara-negara yang menggunakan bahasa Inggris, dan ini tidaklah mengherankan, karena Jessica memang cukup lama mengenyam pendidikan di Australia dan tentu saja menggunakan bahasa Inggris. Dia nampak lebih berenergi ketika dengan senang menceritakan peristiwa yang menimpa "sahabat"nya yang meninggalkannya untuk selama-lamanya karena secangkir kopi pahit atau manis yang dipesannya.
Jessica begitu menyukai interaksi, lewat upaya mengintip camera televisi saat reka ulang kejadianmyang menggenaskan itu mata pemirsa bisa melihat ketenangan Jessica, terlihat sekali bahwa Jessica sangat menyukai interaksi la merasa senang ketika menjadi bagian dari tim meski itu tim yang pada akhirnya menyeret dan mengubah statusnya menjadi lersangka. Banyak teori mengatakan bahwa orang ekstrover menyukai situasi beraksi saat ini urusan kebenaran barangkali bisa dikelola belakangan. Ini berbeda dari kecenderungan orang introver yang biasanya "melihat dulu sebelum bertindak' yang justru lebih berenergi ketika dibiarkan sendirian tetapi justru selalu merasa tidak harus bekerja sendiri mengevaluasi lebih dahulu terhadap apapun yang akan mereka lakukan.
Kontradiktif sikap semacam ini mengandung tendency atau kecendrungan perilku yang tentu berbeda dalam memahami fenomena ekstrover dan introver, sama halnya kita harus memberi pilah yang jelas tentang model sikap dan perilaku Jessica yang demikian meyakinkan menyatakan diri tidak bersalah tapi harus menerima status sebagai tersangka.
Media dan Komunikasi Pertahanan Diri Jessica
Ketika kita menyaksikan satu channel televisi saatn memberitakan kasus Mirna dan Jessica, lalu kemudian kita mengubah channel lain yang juga memberitakan kasus yang sama, ada beberapa point kesamaan ungkapan Jessica yang terlihat, tapi ada beberapa hal yang berbeda untuk topik yang sama yang Jessica ceritakan, kita seperti diajak untuk menelisik "metaprogram teranyar" sebagai media kritis untuk memahami bagaimana Jessica mengkomunikasikan dirinya dalam posisi sebagai orang yang "dicurigai". Saat yang sama sekaligus kita menyaksikan juga tajamnya pertanyaan presenter terhadap posisinya dan metaprogram itu sungguh telah mampu mengantarkan pemirsa untuk semakin membentuk opini bahwa Jessica bersalah ia diputar dalam pikiran dan pembaca jika ia media massa cetak termasuk sosial media, semua orang menyadari sesungguhnya bahwa metaprogram itu telah menjebak melalui filterisasi, dan ini pemirsa memutuskan untuk menyaksikan tayangan ini, mengikuti perkembangannya dan tentu saja secara sendiri sendiri menjustifikasi tentang sosok Jessica.
Myers Briggs pernah menggunakan metode mers Bri Tpe calo 0MBTT untuk memahami kepribadian sejati seseorang, juga untuk memudahkan orang berkomunikasi dengan dirinya, teori ini mengemukakan lapisan perilaku komunikasi "pertahanan diri" yang puluhan tahun digunakan manusia dewasa untuk dirinya dari terpaan issue dengan cara yang rileks, santai,nseolah tanpa tekanan dan tentu saja terlihat jujur Seseorang seolah mempunyai sejuta manuver untuk mempertimbangkan berbagai strategi komunikasi yang paling sederhana sekalipun dengan mempertimbangkan gelombang suara mereka, Jessica memahami benar model perilaku semacam ini, hanya mungkin dia tidak menyadari bahwa dia tengah mempraktekkan apa yang pernah diuji oleh Myers.
Kecenderungan sikap dan perilaku semacam ini signifikan dengan kecenderungan orang yang memiliki ciri ekstrover dan instover dan Jessica punya pesona untuk ditasbihkan sebagai seorang ekstrover, jessica juga seolah berpikir dalam emosinya sehingga ia begitu memedulikan perasaanya sendiri ia menjadi pegaul yang menyukai kehadirannya dalam kelompok dan ia pembuat keputusan yang cepat ini terlihat dari caranya menjawab pertanyaan yang tentu saja meski disampaikan dengan cara yang lembut belum tentu tidak melukai perasaan orang lain, disini dapat kita konfrontasi dengan pernyataan ayahanda Mirna yaang sejatinya membantah banyak keterangan Jessica yang dinyatakannya di media.
Jessica nampak sebagai sosok yang supportif dalam mekanisme komunikasi pertahanan dirinya, tapi belum tentu sportif Itu soal masyarakat kemudian dibelah dalam dua opini, yang pertama meyakini Jessica bersalah dan yang kedua masih mempertanyakan" jika Jessica yang membunuh Mima, kok seberani itu ya? Motif apa yang melatarbelakanginya?" dan semua pertanyaan itu biarlah aparat penegak hukum yang menjawabnya, meski seking kuatnya komunikasi pertahan diri Jessica, tidak mudah bagi Kepolisian untuk cepat menetapkannya sebagai tersangka, polisi bahkan bolak balik harus berkonsultasi dengan kejaksaan agung serta mendapatkan keterangan ahli, baik ahli hukum maupun psikolog, ini berbeda dengan upaya POLRI yang biasanya cukup cepat menemukan tersangka sebuah kasus pembunuhan, apalagi yang menjadi perbincangan publik.
Tapi terlepas dari semua itu, kita izinkan polisi bekerja mengungkap data, fakta, bukti, saksi dan berbagai alibi yang berkaitan dengan tragedi secangkir kopi yang menyebabkan kematian seorang mirna tersebut. Tapi yang jelas, disana, dalam proses pemeriksaan Jessica pasti akan menggunakan komunikasi pertahanan dirinya untuk melindungi kapasitas dirinya dari jeratan hukum yang akan menimpanya. Kita tunggu saja kera kepolisian akan Jessica dinyatakan berslah atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar