Rabu, 18 November 2015

Bedah Buku "Keindonesiaan, Demokrasi Ekonomi, Keberdaulatan dan Kemandirian"

Bedah Buku
"Keindonesiaan, Demokrasi Ekonomi,
Keberdaulatan dan Kemandirian"
Prof. Ki Sri Edi Swasono

Waktu : 
Selasa, 17 November 2015 

Tempat : 
Kementerian UKM, Jl. Rasuna Said, Jakarta 

Sambutan :
Djisman Simandjuntak (Yayasan Proklamator Bung Hatta) 

ULASAN : 

Bagi Prof. Ki Sri Edi Swasono, "bibirnya sudah Bhineka Tunggal Ika tapi hatinya belum." Tahun 1931 Bung Hatta mengatakan tidak ada kemerdekaan tanpa persatuan dan sebaliknya. 
Tanpa Pancasila tidak ada Indonesia dan Identitas serta common denominator, mono loyalitas. "hakekat keindonesiaan adalah kebersamaan, kehendak bersatu," jelasnya. Guwoyo/gestalt/perangai/Indonesinism Daoed Joesoef  "ekonomi antar pulau". 
Hanya Indonesia negara yang menyebut tanah air.  Prof. Subroto memberi komplimen, dan baru tahu demokrasi ekonomi setelah membaca buku ini. 
Mengapa pak Suharto menanda tangani LOI padahal beliau tidak pernah kalah perang? Karena tidak ada yang membela dan terteror angka2 teknokratis. Pernyataan kemerdekaan adalah pernyataan ideologis dan kebudayaan. Tuntutan budaya gagal kita penuhi. Kita bukan jalan kiri, jalan kanan atau jalan tengah, tapi kita punya jalan sendiri. 
Bagi Swasono, kita harus punya acuan Indonesia, kita tidak membolehkan asing mendominasi ekonomi nasional. "Kita tidak anti-asing. Kita tidak berdaulat pangan, enerji, teknologi, legislasi. Konsesi di pulau Madura lebih luas dari luas pulau Madura.", katanya.

Sementara dalam sambutan, Menteri UKM Puspayoga menyatakan perlunya kembali ke pasal 33 UUD, koperasi adalah bentuk usaha yang sesuai. "Jangan sampai yang kaya bertambah kaya yang miskin bertambah miskin," jelasnya. Puspayoga berharap mudah-mudahan bedah buku ini bermanfaat bagi ekonomi kerakyatan.  

Slide foto-foto selama acara

...

Tidak ada komentar: