Kamis, 10 Desember 2015

Konferensi Pers "Publikasi Indeks Kinerja HAM 2015"

Konferensi Pers
Publikasi Indeks
Kinerja HAM 2015


Waktu :
Rabu, 9/12/2015.

Tempat :
Bakoel Koffie, Jl. Cikini Raya 25. Jakarta Pusat


ULASAN :

Ismail dan Achmad Fanani Rosadi 
Evaluasi keenam kalinya melakukan survei. Mempresentasikan hasil survei Setara Institute. 

Beni Susetyo 
Persoalan HAM adalah berat, sehingga Jokowi fokus ke hal-hal yang quick yield. Misalnya BPJS, KIP. Kita tidak beranjak maju karena kita tidak berani mengakui kesalahan masa lalu. Dukungan KIH setengah hati. Jokowi harus berani memutus masa lalu dan kembali ke daulat rakyat. 
Contoh yang baik adalah korsel yang berani menyelesaikan kesalahan masa lalu, sehingga kemajuan Korsel sangat pesat. Kita tidak pernah melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen. Kuncinya laksanakan sila ke 2 dan sila ke 5 Pancasila. Ubah pendekatan kekerasan terhadap rakyat Papua. Saatnya ajak dialog rakyat Papua. Penyelesaian komprehensif Papua secara ekonomis-yuridis dan kultural. 

Bonar Naipospos 
Jokowi bukan superman, tetapi baru pertama seorang biasa bisa terpilih jadi presiden. Sebagai pengingat bagi Jokowi atas janji-janji politiknya (Nawa Cita dan Trisakti) saat kempanye. Rakyat Papua ingin martabat dan harkatnya dipulihkan dan diakui. DPR tidak setuju saat Jokowi mau memberi amnesti terhadap semua tahanan Papua. Selama dialog itu genuine dan terbuka rekonsiliasi di Papua akan berjalan dengan baik.

Slide foto-foto selama acara


www.NOMagz.com

Tidak ada komentar: