Senin, 01 Agustus 2016

Talkshow POLEMIK "KTP Untuk Teman Parpol"

Talkshow
POLEMIK
"KTP Untuk Teman Parpol"



Waktu :
Sabtu, 30 Juli 2016

Tempat :
WARUNG DAUN,
Jalan Cikini Raya, nomor 26, Jakarta Pusat

Pembicara :
  • Nusron Wahid (Ketua Tim Pemenangan Pilkada DKI/ DPP Partai Golkar)
  • Masinton Pasaribu (Politisi PDIP)
  • Tsamara Amany (Juru Bicara Komunitas pendukung Ahok/ KOMPAK)
  • Siti Zuhro (Pengamat Politik LIPI)

Moderator :
Pangeran Ahmad Nurdin (Koran Sindo)

Produser  :
Doly Ramadhon (Sindotrijaya FM)


Ulasan Redaksi :

Tsamara Amany 
Ada pelajaran politik dalam hal Ahok. Sebelumnya tidak ada yang mendukungnya. Anak muda takut kehilangan pemimpin baik. Maka terkumpul 1 juta KTP.Baru setelah terkumpul ada parpol yang mau mendukung Ahok. Awal 2015 ada masalah APBD DKI untuk UPS; semua parpol berseberangan dengan Ahok. Teman Ahok mau menjamin Ahok bisa maju di Pilgub DKI Jakarta 2017. KTP itu benar otentik dari warga. Pada saat penghitungan ulang tidak ada wakil PDIP dan Gerindra yang hadir meski diundang. Bantuan CSR dalam membangun DKI tidak masalah sepanjang tidak ada kerugian negara. Asal uang tidak penting sepanjang membuat warga tambah sejahtera. Ketiga parpol (Nasdem, Hanura, Golkar) mendukung Ahok tanpa mahar politik. Mau terus memajukan calon perseorangan. Tidak semua orang punya magnet seperti Ahok. Teman Ahok tetap berperan sebagai relawan dan bekerjasama dengan parpol.

Masinton Pasaribu
Perlu diingat PDIP sebagai parpol pengusung Ahok di pilkada DKI 2002. PDIP tetap mendukung meski Gerindra menarik dukungan kepada Ahok. Proses pengumpulan KTP tidak lebih KTP listing. Dan tidak yakin ini dari dan mewakili arus bawah. Parpol punya mekanisme sendiri dalam pencalonan gubernur dan menyerap aspirasi rakyat; kini sedang berproses.Pilkada bagian dari pendidikan politik. Bagaimana parpol menjalankan prinsip ideologinya. Partai adalah miniatur negara. PDIP hati-hati jangan sampai terjadi calon tunggal di pilkada DKI.Dan ada kekhawatiran setelah mendukung Ahok, Ahok masih berpaling dan mencari  partai lain. Pemimpin DKI harus mampu mengemong warganya. Pragmatisme dilakukan tiga parpol pendukung Ahok adalah bagian dari dinamika politik. PDIP belum memutuskan siapa dari 6 nama yang mau dicalonkan di pilgub DKI; tidak ingin terburu-buru. Tugas parpol melakukan rekruitmen, kaderisasi dan pengawasan. Tidak relevan mendikotomikan melalui jalur parpol atau calon perseorangan. Ketua umum PDIP lah pemutus akhir nama calon gubernur DKI Jakarta.Pilkada bukan sekedar memenangkan kontestasi, PDIP mengedepankan kepemimpinan yang demokratis, mau berdialog, mau dikritik.

Syarif (Gerindra)
Tidak ada kasus manipulasi UPS senilai RP 12,5 T. Yang diadili adalah anak buah gubernur. Ahok baik tapi ada calon yang lebih baik. Tidak terkejut dengan karakter Ahok. Ahok gagal memberikan pendidikan politik dengan beralih ke jalur parpol. Serapan APBD DKI rendah merupakan masalah. Sejak Desember 2015 sudah ada penjaringan ada 8 nama, yang terpilih untuk dicalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta. Tugas pemimpin adalah bagaimana harga kebutuhan pokok terjangkau dan ada lapangan pekerjaan. Ucapan selamat untuk Golkar bukan untuk Ahok. Gerindra juga terbuka untuk berkoalisi dengan parpol lain. Dan Sandiaga Uno tidak harus calon gubernur DKI; maksudnya bisa juga sebagai calon wakil gubernur.

Siti Zuhro
Argumentasi dan anak muda perlu belajar berpolitik dengan cara beradab. Pemilu adalah cara koreksi terhadap pemerintahan. Sehingga muncul sosok baru. Demikian juga Pilkada, jumlah perempuan yang terpilih meningkat.Harus ikro/membaca/membekali diri, tidak sekedar relawan; tapi triger. Yang kita pilih pemimpin yang amanah. Yang dapat menjalankan misi dan visinya. UU No 10/2016 memberikan kesempatan pada calon perseorangan untuk diusung menjadi calon kepala daerah. Jadi bukan deparpolisasi; justru parpol diuntungkan menjadi sadar perannya.DKI barometer politik nasional dan akan dicontoh daerah lain. Jadikan sebagai pencerahan politik. Pilihan dan selera.
Dalam pilkada tidak sekedar tapi pola perilaku pemilih juga sangat penting. Dalam Pilkada DKI 2012 posisi Fauzi Bowo kuat sekali, Jokowi dukungan awalnya hanya 6%. Mirip Bangkok, ada 30% warga yang tidak menggunakan hak pilihnya. Swing voternya tinggi dan cenderung wait and see. Pemilih rasional, tidak sekedar populer. Posisi petahana diuntungkan. Pak Anas di Banyuwangi elektabilitas yang tinggi. Bisa menyapu seluruh selera para warga pemilhnya. Juga Tri Rismaharini. DKI dipastikan tidak ada calon perseorangan. Mungkin akan ada tiga pasangan cagub dan cawagub. Parpol masuk angin, maksudnya jangan ada pemaksaan yang ujung-ujungnya calon tunggal. Demokrasi memungkinkan kontestasi bukan calon tunggal. Demokrasi harus berkualitas. Bekerja untuk sistem; siapapun yang terpilih tidak masalah karena sudah ada sistemnya.
Waktu ramai-ramainya istilah deparpolisasi (menjadi narasumber bersama Andreas  Pareria-PDIP) dirinya berujar tidak ada deparpolisasi dengan munculnya Ahok. Ada sebab ada akibat, ada ormas yang menyatakan ketidak nyamanan. Siapapun petahana harus lebih banyak positifnya. Seorang pemimpin (gubernur, bupati, wali kota) jadi role model, contoh bagi masyarakat. Jadilah relawan/pendukung yang membangun sistem; bukan mendukung orang. DKI belum pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Kini saatnya perempuan bangkit. Popularitas mendukung elektabilitas dan akseptabilitas calon. Jakarta butuh orang yang tegas, berani, berkarakter, tidak kontroversial. Ahok kaku dan tidak konsisten dan empati politiknya tumpul. Politik itu kekuasaan; tapi bagaimana kekuasaan itu diraih dan dijalankan.
Selama ini tidak/belum ada sinergi antara Ahok dengan DPRD, sehingga serapan anggarannya rendah. Ada double standard pada Ahok. Meski seandainya tidak ada calon perseorangan di pilkada DKI 2017, hal ini tidak akan menutup calon perseorangan di pilkada daerah lain.Di pilkada yang lalu ada enam calon perseorangan yang terpilih/menang. Yang bisa mengalahkan Ahok adalah calon yang mumpuni. Misal ibu Rismaharini. Djarot Saiful Hidayat adalah kader PDIP yang terbukti berhasil memimpin di daerahnya. Secara pribadi mendukung Tri Rismaharini untuk maju di pilkada DKI.

Nusron Wahid
Ahok sendiri sudah kontroversi, dobel minoritas (Tionghoa dan Kristen), pakai jalur apa saja pasti dipermasalahkan. Yang jelas Teman Ahok berhasil menyadarkan mayoritas Parpol, sehingga ada parpol yang mau mendukung Ahok tanpa persyaratan tertentu. Jadikan DKI simbol meritokrasi. Ahok adalah ujian kebangsaan kita. Parpol adalah alat untuk mencapai tujuan untuk kesejahteraan rakyat.
Kepuasan publik indikatornya. "Kalau anda ingin jadi seniman dengarlah hatimu; kalau jadi wartawan dengarlah pembacamu" Satu juta KTP adalah bukti nyata dukungan rakyat. Saya yakin PDIP akan mendukung Ahok pada akhirnya. Megawati sedang ngitung opo dino, yang menurut dugaannya akan mendukung Ahok juga. Bangunan kebersamaan dan parpol. Pro kontra dalam berdemokrasi itu biasa. Yakin warga DKI adalah toleran. Koalisi bersifat terbuka baik dengan Teman Ahok maupun parpol. Pintu tidak ditutup tapi kereta tetap berjalan.Berpolitik adalah kepandaian berayun; namun sampai titik tertentu harus ada kepastian yang dipilih. 

Slide foto - foto selama acara

NOMagz.com

Tidak ada komentar: