Sabtu, 06 Agustus 2016

Diskusi Rutin Solusi Ekonomi INDEF “Nasib Paket Ekonomi di Tangan Kabinet Baru"

Diskusi Rutin 
Solusi Ekonomi INDEF
“Nasib Paket Ekonomi
di Tangan Kabinet Baru"   



Waktu :
Senin, 1 Agustus 2016

Tempat :
Veteran Coffee & Resto,
Jl. Veteran I No.21, Gambir, Jakarta

Pembicara :
  • Benny Soetrisno (Pengusaha & Anggota KEIN)
  • Faisal Basri (Ekonom Senior INDEF)
  • Enny Sri Hartati (Direktur INDEF).
  • Eko Listyanto (Peneliti INDEF)
  • Imaduddin Abdullah (Peneliti INDEF)

Penyelenggara :
  • INDEF
  • Radio PAS FM


Ulasan Redaksi :

Imaduddin Abdullah
12 Paket Ekonomi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, apa dampaknya ?
- Evaluasi Paket Kebijakan Ekonomi.
- Tantangan tim ekonomi kabinet kerja.
+ Kurang terasa di tingkat daerah lebih terasa di Pusat. Tenaga kerja terampil, logistik, infrastruktur. Perlu ada yang bertanggung jawab.
+ Sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi tidak tepat sasaran. Discount tarf listrik hanya untuk tambahan pemakaian padahal ekonomi sedang melambat. Tax Amnesty cenderung tidak applicable.
+ Deregulasi dalam Daftar Negatif Investasi. Ada yang tidak tepat misalnya produk Crump Rubber.
+ Efektivitas Paket Kebijakan Ekonomi. Masih ada hambatan perijinan.
+ Dampak terhadap makro ekonomi. Belum kelihatan. Triwulan 1 justru ekonomi melambat. Realisasi investasi juga turun. Penyerapan tenaga kerja turun. Neraca perdagangan meski surplus karena adanya penurunan impor bahan baku dan ekspor juga nilainya amat turun.
+ Ekspektasi jangka pendek vs jangka panjang.
- Tantangan tim ekonomi Kabinet Kerja.
1.Konsolidasi fiskal,
2. Meningkatkan investasi.
3. Mengembalikan kredibilitas pemerintah.
Yang diperlukan adalah presiden yang mampu memimpin dan mengkoordinir kabinet dengan baik. Track record penting tapi hanya berjangka pendek.

Eko Listyanto
Sektor moneter dan perbankan. Mengapa Paket Ekonomi diperlukan ? Tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tapi sinyalnya pertumbuhan ekonomi melemah. Mengapa tidak tercapai ?
1. Konsumsi Rumah Tangga masih tertekan.
2. Berlanjutnya penurunan tren pertumbuhan industri pengolahan.
3. Tantangan inflasi pangan menyebabkan daya beli menurun.
4. Single digit laju pemberian kredit. Suku bunga kredit single digit tidak tercapai. Peningkatan kredit macet.
Tren kepemilikan SBN oleh perbankan meningkat.
Solusi :
- Optimalkan momentum yakni cukup terjaganya stabilitas Rupiah dan inflasi untuk menggerakkan dunia usaha.
- Perbaiki kredibilitas fiskal dengan menekan defisit anggaran.
- Stabilitas harga pangan.
-Dosis kebijakan pada upaya menjaga daya saing meningkat.
- Fokus ke perbaikan kinerja sektor industri pengolahan.
- Disinsentif kepada perbankan yang menaruh dananya di SBN, tapi beralih memberikan kredit ke sektor riil.Ada optimisme atas reshuffle kabinet. Dengan masuknya Sri Mulyani menjadi Menkeu yang direspon positif oleh pasar. Karena reputasi global Sri Mulyani. Bagaimana mengalihkan dana di sektor keuangan ke sektor riil. Surat Utang Negara harus dikurangi.

Faisal Basri
Reshuffle adalah konsolidasi kekuasaan pemerintah. Kekuatan oposisi perlu meningkat demi Check and balance. Karena partai butuh kekuasaan untuk mendapatkan kekuasaan sekaligus dana maka beberapa partai bergabung ke Koalisi Indonesia Hebat. Jokowi cenderung mengeluarkan statement yang tidak dibantah para menterinya. Misalnya  kembali menadi anggota OPEC lagi. Padahal kita ini net importer BBM. Kemudahan berinvestasi meningkat rankingnya di 2017. Kebijakan tidak nyambung. Pokoknya hgarga sapi RP 80.000/kg. Ini bahaya. Pokoknya terbangun 20.000 Km Trans-Sumatra terbangun. Kontra produktif.
Pertumbuhan ekonomi melambat karena investasi menurun. Investasi terdiri BKPM dan non BKPM (swasta dan Pemerintah). Investasi pemerintah hanya 5%. Swasta 75%. Bank juga hati-hati. Pertumbuhan dana pihak ketiga juga turun. Deposito hanya tumbuh 2%.Utang pemerintah dipercepat dengan memberikan rate yang tinggi (8,3%). Dia menolak jadi anggota tim evaluasi Paket Ekonomi. Konsekuensi dihadapkan pada oposisi melemah dan menteri yang ABS. Makin banyak proyek yang tidak direncanakan. Misal Blok Masela diputuskan jadi on-shore diputuskan secara lisan oleh Jokowi.
Pembangunan pembangkit listrik dua pemenang tendernya dibatalkan; yang menimbulkan ongkos mahal. Banyak importir baru yang tidak berpengalaman ditunjuk. Contohnya Anugrah milik Tomi Winata yang tidak puna pendingin daging. Kartelnya justru ada di pemerintahan. Lion AIr sering delay karena berdalih adanya cuaca buruk. Pemerintah tidak berani menjatuhkan sanksi. Incremental Capital Ratio kita cenderung  meningkat. BUMN kita lebih banyak membangun hotel bukan membangun infrastruktur. Padahal dananya dari Penanaman Modal Negara. Contohnya di Semarang menyebabkan over supply sehingga tarif hotel jatuh menjadi RP 200.000an/malam.
INDEF itu rohnya pendekatan ekonomi politik. Inti permasalahan perbankan rendah menyalurkan kredit (36%). Perlu konsolidasi perbankan seperti dilakukan di Malaysia dan Singapura. Di indonesia ada lebih dari 100 bank.95% pesimis RP 165 Triliun bisa diperoleh dari Tax Amnesty. Obat terbaik adalah amputasi. Sosialisasi dilakukan langsung oleh Presidennya hanya Indonesia. Ini jadi bahan tertawaan. Dan berarti sistem tidak berjalan. Khawatir akan terjadi krisis kalau kita tidak waspada. Diagnosa dilandasi keinginan presiden. Need kita itu apa ? Bukan dari keinginan. Langkah pertama yang diusulkan kepada Menkeu potong anggaran RP 75-RP 100 Triliun. Kegiatan unggulan di global supply chain. Misalnya komponen otomotif.

Benny Soetrisno
12 Paket Ekonomi berharap banyak tapi pelaksanaannya belum memuaskan.Pasar kita besar tapi karena banyak produk impor masuk. Government spending juga banyak impor produk, harusnya utamakan produk Dalam Negeri. Perbankan sangat enggan memberikan pembiayaan kredit untuk barang modal. Kuncinya adalah Serapan lapangan kerja tinggi, banyak menggunakan bahan yang ada di Dalam Negeri. Menko kurang mampu mengkoordinir masalah-masalah ekonomi.
Paket Ekonomi direm dulu dan perlu evaluasi. Kebijakan ekonomi belum paripurna. Proses pembuatan kebijakan para pelaku kurang dilibatkan. Dieminasi, KSP, hilirisasi sektor pertambangan. Ijinnya ada 138 aturan yang makan waktu tiga tahun. Ada pabrik dalam negeri yang mengubah Bauksit ke alumina tidak diterima PT Inalum yang maunya impor alumina dari Australia yang lebih murah; akhirnya diekspor ke Tiongkok. Daya saing, kuncinya power dan man power. Batubara kita sebagian besar diekspor. Paket Ekonomi dinilai 10 dari total 100.
.
Slide foto - foto selama acara


NOMagz.com

Tidak ada komentar: