Minggu, 17 Januari 2016

Diskusi Perspektif Indonesia "Mengapa Teror Jakarta Gagal Meneror Kita ?"

Diskusi Perspektif Indonesia
"Mengapa Teror Jakarta
Gagal Meneror Kita?"‎

Waktu :
Sabtu, 16 Januari 2016‎

Tempat :
GADO-GADO BOPLO,
 jl. Gereja Theresia No. 41, Menteng - Jakarta Pusat.

Ibarat film perang gerilya kota; puluhan polisi melumpuhkan 5 pelaku teror, di jantung Jakarta. Disiarkan media sosial dan media konvensional tanpa jeda; teror itu tak mampu melaksanakan niat intinya: menakut-nakuti. Mengapa publik tak gentar? Bagaimana postur kelompok teror mutakhir? Dimana mereka dalam peta terorisme global? 

‎Bersama :
  • Irjen (Purn) Bekto Suprapto (Mantan Kepala Detasemen Khusus/Densus 88‎ Polri) 
  • Prof. Dr. Salim Said, MA, MAIA (Guru Besar Universitas Pertahanan) 
  • Dr. Ali Munhanif (Direktur PPIM Universitas Islam Negeri)‎‎ 
  • Dr. Nico Harjanto (Ketua Populi Center)‎ 
  • Ichan Loulembah (Host) 

Penyelenggara : 
  • Populi Center 
  • Smart FM Network 


ULASAN : 

Irjen (Purn) Bekto Suprapto 
Teroris Bom Sarinah adalah generasi baru dan stok lama. Terkait dengan isu ISIS. Saling terkait. Bagaimana peran Al Qaida di Ambon. Tidak lepas dari Negara Islam Indonesia rancangan Kartosuwiryo. Berawal represifnya regim Suharto di 1980 banyak radikalis yang pindah ke Malaysia. Termasuk Abubakar Baasyir. Di Poso yang diserang yang dianggap mengganggu yaitu Polisi. Orang Kanada dan Belanda menjadi korban antara di insiden Bom Sarinah. 
1. Kemajuan IT luar biasa. Kapolda MetroJaya yakin datanya benar dan langsung diikuti penangkapan di Tegal dan Cirebon, serta wilayah lainnya. 
2. Kita tahu semua, bahwa teroris cenderung mau mati. Membawa bom untuk dilempar dan yang satu bom bunuh diri. Detonator bom ada yang delay atau yang seketika meledak. Tidak ada pelanggaran HAM saat polisi menembak teroris. Setelah tahanan teroris keluar dari penjara selanjutnya siapa yang memonitor ? Misal Urwah ditangkap tiga kali. Tanggung jawab siapa ? Deradikalisasi jalan radikalisasi juga jalan terus. Omar Abdulrahman dari penjara tetap memberikan tausyiah. 
Closing statemen bahwa 
1. Polisi kita luar biasa, dukungan masyarakat luar biasa, tanggapan pemerintah luar biasa. 
2. Keamanan berbanding terbalik dengan convenience. 
3. Teroris tidak akan pernah berhenti. Bisa terjadi kapan saja. Bagaimana para stake holders bisa memerangi teror. 

Prof. Dr. Salim Said, MA, MAIA. 
Jendral TB Simatupang mengatakan bahwa perang terlama TNI adalahmelawan DI/TII. Yang tidak punya hubungan internasional. Baru setelah ada sekolah teror di Pakistan yang dipelopori USA ada dimensi internasionalnya. Banyak radikalis pergi ke Pakistan. Al Bagdadi orang baru, sementara gerakan radikal sudah lama ada. Orang radikal dari Maroko dan Mindanao dikumpulkan di Pakistan. Irak dihancurkan karena dianggap mengancam Israel. Bukan Mesir yang lebih kuat. Karena Mesir sudah berdamai dengan Israel. 
Pemimpin militer ISIS sebagian besar adalah bekas pasukan Sadam Husein. Pada mulanya akibat orang yang tertindas oleh USA menyebabkan munculnya radikalisme. Kurdi-Suni dan Irak yang Syiah diperangi oleh USA. Kurdi bukan Arab. Pada 1924 kekalifahan Turki dibubarkan Kemal Atatur. Al Bagdadi mengidentifikasi sebagai keturunan kalifah. Ada 2 pernyataan berbeda senjata yang digunakan teroris senjata rakitan, kemudian Menko
Polhukham mengatakan senjata datang dari Filipina. Tidak semua teroris harus dimatikan, untuk dapat diinterogasi; sehingga diketahui dari mana senjata diperoleh. Cukup dilumpuhkan. Fenomena Gafatar ? Perlu dipikirkan jalan keluarnya. 


Dr. Ali Munhanif 
Ideologi Islam sudah mengakar kuat di Asia Selatan (Pakistan), menjadi Jangkar sosial; politik; dan ekonomi. Berakhirnya perang dingin. Seolah-olah tidak ada tandingan kapitalis dan sosialis. Maka muncullah radikalis Islam. Keliru jika kebijakan Luar Negeri dapat menyelesaikan akar terorisme. Sebuah kebijakan yang keliru bisa menumbuhkan teroris (Filipina Selatan, Irak, Suriah). 
Bangsa Indonesia adalah Nasionalis-religius. Tapi bagi sejumlah Muslim belum selesai, karena Indonesia harus menjadi negara Islam. 61-65% Muslim berpikir ingin Indonesia menerapkan hukum Islam. Memaksakan simbol-simbol Islam misal ucapan salam asalam alaikum, wb wr; kita akan terjebak Islam non-Islam. Mobilisasi jihad yang keterlaluan jadi benih radikalisme. Ketidak pastian/kegalauan bom Paris berlangsung seminggu; sedang di Indonesia Bom Sarinah hanya berdampak dalam hitungan jam.
Ada 2 level jawaban untuk mencegah terorisme, yakni 
1. Jaringan yang saling melindungi. 
2. Glorifikasi masyarakat terhadap perilaku teror seolah pahlawan agama. Pemerintah perlu punya strategi komprehensif untuk mencegah radikalisme agama. Dan mendorong moderasi agama. Pentingnya program deradikalisasi di semua level masyarakat. ISIS problem is Arab's problem. Motif ekonomi menjadi salah satu daya tarik untuk bergabung ISIS terutama sangat menarik bagi orang miskin. Kesejahteraan petani perlu diperhatikan. 

Dr. Nico Harjanto 
Kekerasan adalah benturan peradaban (Samueal Huntington). Misal Hindu vs Budha di Srilanka. Irlandia Utara (Katolik vs Kristen). Yang diserang simbol-simbol Kapitalis Barat. Unifying factor sebagai pembenaran. USA dianggap musuh besar. Benturan peradaban bukan diametral. Dalam situasi krisis Protokol krisis tidak berlaku di Bom Sarinah. Mestinya info keluar dari satu pihak. Jangan saling menyalahkan diantara instansi pemerintah. 
Badan Intelijen Nasional mestinya tidak membuat pernyataan. Kepercayaan publik terhadap pemerintah masih tinggi. Jadi kita punya modal sosila dan politik. Aparat keamanan punya soliditas kerja. Dari segi regulasi perlu ada perbaikan. Menyangkut perpindahan orang dan uang (PPATK). Sistem monitoring harus jelas. Apa yang harus dilakukan setelah teroris tertangkap ? E-KTP harus dijalankan agar setiap orang hanya punya satu identitas.


Slide foto-foto selama acara


NOMagz.com

Tidak ada komentar: