Selasa, 19 Mei 2015

Putar Film dan Diskusi "Dokumentasi Budaya Film Etnografi"

Putar Film dan Diskusi
"Dokumentasi Budaya Film Etnografi"

Pembicara dan moderator

Waktu : 
Selasa, 19 Mei 2015

Tempat: 
Gedung Teater Perpustakaan Nasional RI. Jl. Salemba Raya No. 28A. Jakarta Pusat

Para penerima penghargaan


Ketua Panitia : 
Dra. Welmin S. A.
 

Sambutan : 
Sri Sulastri

Pembicara:

  1. Dra. Welmin S. Ariningsih, M.Lib. : Pelestarian media film melalui UU No. 4 Tahun 1990
  2. Rizaldi Siagian : Mendokumentasikan aset budaya lewat film
  3. Marselli Sumarno : Fenomena film domenter di Indonesia
  4. MJA. Nashir : Sebuah upaya revitalisasi tradisi melalui film Rangsa Ni Tonun
  5. John Donbosco : Pentingnya membuat film dokumenter

Moderator : 

Jay Wijayanto


ULASAN :

Acara ini Putar Film dan Pembinaan Prestasi Kepada Wajib Serah Yang Aktif Melaksanakan UU No. 4 Tahun 1990, merupakan Wujud Pelaksanaan UU No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam".

Dra. Welmin S. Ariningsih, M.Lib. Dalam pemaparannya berjudul "Pelestarian Media Film Melalui UU No. 4 Tahun 1990" mengatakan fungsi Perpustakaan Nasional sebagai pelestari budaya bangsa; yakni menyimpan, menyatukan data, membenahi data base,  inter-operativability, merawat dengan suhu dan kelembaban udara tertentu, bisa diakses oleh siapapun, kapanpun, di manapun (Program Spektakuler istilahnya)
Pada Agustus 2015 Perpusnas akan meluncurkan program yang dinamai "Indonesia One Serve".
Dalam rangka ulang tahun Perpusnas akan diadakan seminar jaringan tahun ini.

Rizaldi Siagian pada makalahnya : "Mendokumentasikan Aset Budaya Lewat Film" menguraikan sebelum ditemukannya gramofon oleh Thomas Alfa Edison untuk mendokumentasikan musik sang peneliti perlu membuat transkripnya.
Kemampuan gramofon dapat mengubah musik yang intangible menjadi tangible.
Jadi sebelum penemuan gramofon pendekatan dalam mempelajari musik adalah secara analog/magnetik. Kini setelah penemuan gramofon pendekatannya secara digital; sehingga tiap orang mampu merekam sebagai produser sekaligus sebagai konsumen/penikmatnya.
Beliau menyebut dalam seni pertunjukan ada 4 strata: artistik-animisme, masuknya Islam, masuknya Hindu-Budha, kolonialisme. Yang kemudian tercipta hibridadisasi musik gamang kromong dan keroncong.
Beliau juga mengusulkan agar Perpusnas bertindak pro-active dalam pelestarian karya budaya bangsa.




Marselli Sumarno mengajukan presentasi berjudul "Fenomena Film Dokumenter di Indonesia" menyebut bahwa film dokumenter lebih dapat menangkap realitas yang ada. Contohnya adalah film Jagal dan Senyap karya Joshua Oppenheimer.
Dia menyarankan Perpusnas melakukan pelatihan, lomba untuk menjaring generasi muda untuk tertarik membuat film etnografi.

MJA. Nashir dengan makalah "Sebuah Upaya Revitalisasi Tradisi Melalui Film Rangsa Ni Tonun" mengatakan seluk beluk proses pembuatan film dokumenter di tanah Batak.
Ia menjelaskan tantangan dan kesulitan dalam pembuatan film berbasis etnis ini. Perlu studi dan penelitian yang lama. Dalam membuat film ini dia melupakan manajemen dan berprinsip "mengalir saja" dan serahkan ke alam.  



Slide foto-foto selama acara

 
www.NOMagz.com

Tidak ada komentar: