Sabtu, 16 Mei 2015

Diskusi : Tantangan dan Peluang Sektor Perdagangan

Diskusi
Perspektif Indonesia
Tantangan dan Peluang 
Sektor Perdagangan

Waktu:
Sabtu, 16 Mei 2015

Tempat :
GADO-GADO BOPLO, Jl. Gereja Theresia No. 41, Menteng - Jakarta Pusat


Narasumber :
  • Rahmat Gobel (Menteri Perdagangan RI)
  • Yugi Prayanto (Wakil Ketua Umum Kadin)
  • Dr. Enny Sri Hartati (Direktur INDEF)
  • Nico Harjanto, PhD (Ketua Populi Center)
  • Ichan Loulembah (Host)

Penyelenggara :
  • Populi Center
  • Smart FM Network
.

Bagaimanapun perdagangan memiliki peran sentral dalam perekonomian sebuah negara, bahkan bangsa. Seperti apa tantangan dan peluang sektor perdagangan, baik domestik, apalagi secara regional dan internasional? Populi Center dan Smart FM Network membahasnya dalam Perspektif Indonesia dgn topik: "Tantangan dan Peluang Sektor Perdagangan". 

Menurut bu Enny Sri Hartati tantangan dan hambatan  perdagangan beras di Indonesia dalam menstabilkan harga beras adalah berubahnya fungsi Bulog. Pada jaman Orde Baru Bulog mempunyai persediaan (buffer stock) beras 10% dari konsumsi beras/tahun.
Saat ini Bulog hanya memiliki 2 juta ton beras dan sebagian besar adalah beras Raskin. Padahal semestinya Bulog mempunyai persediaan 3,5 juta ton beras non-raskin.
Penyebab tingginya harga beras juga disebabkan disparitas harga gabah kering versus harga beras yang terlalu lebar.
Bulog juga disarankan bisa menyerap gabah kering petani dan menggilingnya jadi beras. Apabila Bulog tidak bisa menjalankan fungsinya sebaiknya dibubarkan saja.
Dan jalan keluar adalah dibentuk badan usaha non-pemerintah yang mengurusi beras dan pangan.
Ibu Enny tidak memasalahkan nilai impor yang tinggi atas bahan baku industri dan bahan penolong: sepanjang nilai ekspor produk manufak tur lebih besar.
Diperlukan adanya pemahaman dan kebersamaan inter-kementerian yang mencakup koordinasi birokrasi.
Industri manufaktur kita berperan sebagai  produsen sekaligus sebagai pemasar yang ulung.
Ibu Enny  mengusulkan Indonesia menjadi basis produksi dan mengoptimalkan perdagangan antar pulau; antar propinsi, sehingga perlu dibangun infrastrukur untuk mencapai tujuan tersebut.
Beliau juga setuju menghapus adanya mafia ekonomi yang sekedar sebagai rent seeker yang hanya mencari keuntungan belaka tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

Rahmat Gobel (Menteri Perdagangan RI) mengemukakan keprihatinannya, mengapa nilai impor kita cenderung meningkat? Dilain pihak kemampuan produksi industri kecil dan menengah cenderung menurun. Kita masih mengimpor beras; pakaian bekas dan jeroan hewan.
Beliau menargetkan dalam 5 tahun kedepan nilai ekspor meningkat 300% senilai 450 miliar USD. Sehingga pada tahun 2030 Indonesia sudah menjadi negara industri yang kuat.
Jepang masih mau investasi di Indonesia karena kita punya sumber daya alam dan sumber daya manusia serta pasar yang besar.
Kita harus menjadi negara industri bukan negara pedagang.
Kita harus menciptakan satu brand "Made in Indonesia".
Kita harus membalikkan komposisi ekspor produk primer 65% dan ekspor manufaktur 35%, menjadi ekspor produk primer 35% dan ekspor manufaktur 65%.
Kita perlu membangun industri pasca panen. Misal cabe diolah menjadi cabe kering atau cabe siap saji. Beras dapat diolah menjadi tepung beras atau bubur siap saji.
Masalah yang juga masih menjadi kendala adalah biaya distribusi. Beliau telah menjalin kerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk mendaya gunakan kereta api dan kapal-kapal untuk menurunkan biaya 
distribusi sehingga harga produk lebih murah.

Yugi Prayanto (Wakil Ketua Umum Kadin) mengusulkan agar indonesia menjadi pusat pemrosesan pengolahan perikanan dunia dengan standardisasi produk yang bermutu.
Beliau mengatakan bahan baku manufaktur tidak harus 100% asal Indonesia; sepanjang ada nilai tambahnya. Misal pakan udang mengandung gandum-impor.
Pak Yugi menyampaikan harmonisasi tarif dan regulasi adalah harga mati dalam memajukan perdagangan kita.
Prioritaskan importir, artinya importir mengimpor bahan baku untuk memproduksi produk akhir yang bernilai tambah.

Nico Harjanto, PhD (Ketua Populi Center) mempertanyakan fungsi Kementerian Perdagangan sebagai income generation atau sebagai regulator perdagangan dalam negeri dan luar negeri? Kesulitannya saat ini tidak ada misi dan visi Kementerian/Menteri; yang ada visi Pemerintah. Bappenas lah yang harus menerjemahkan Nawa Cita.
Diperlukan jiwa kepemimpinan menteri terutama kementerian ekonomi.
Menteri Perdagangan disarankan membuat gebrakan misalnya dengan membakar impor pakaian bekas. Seperti halnya Menteri Kelautan & Perikanan yang menenggelamkan kapal penangkap ikan ilegal.


Slide foto-foto selama acara
 
 

- Broadcasting live on SMART FM Jakarta 95.9, Manado 101.2, Makasar 101.1,  Banjarmasin 101.1, Balikpapan 97.8, Surabaya 88.9, Palembang 101.8, Medan 101.8- Streaming radiosmartfm.com- Blackberry: SmartFM via google- Android: SmartFM via google playPerspektif Indonesiatajam - dalam - bermakna.



www.NOMagz.com

Tidak ada komentar: