Rabu, 24 September 2014

International Seminar : Befriending with the "Boom-Bust" Cycle

International Seminar
Befriending with 
the "Boom-Bust" Cycle
.

Waktu:
23 September 2014, 8.PM - 2 PM

Lokasi:
Ballroom 3, The Ritz Carlton, 
Pacific Place, Jakarta

Keynote Speech:
M. Chatib Basri (Minister of Finance)

Main Speaker:
Carmen M. Reinhart (Professor of The International Financial System at Harvard Kennedy School)


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memasuki usianya yang ke-9 di tahun ini. Selama mengarungi masa itu, sudah pasti tantangan dihadapi oleh LPS.

Demi merayakannya, LPS menggelar seminar internasional bertema 'Befriending with the boom bust cycle' di Ballroom 3, Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, SCBD, Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (23/9/2014).

Ketua LPS, Heru Budiargo mengatakan, sektor industri keuangan saat ini dihadapkan oleh banyak tantangan yang harus dihadapi. Adapun tantangan tersebut bukan hanya mengacu pada hal teknis, namun juga adanya krisis manajemen.

Berangkat dari hal itulah yang menjadi acuan tentang pembahasan dalam seminar internasional ini, yakni bagaimana Indonesia dapat bersahabat dengan siklus ancaman.

"Dalam seminar ini memaparkan bagaimana menghadapi risiko krisis manajemen di sektor keuangan," ucapnya saat pembukaan acara ulang tahun LPS.

Seminar kali ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama akan membahas mengenai "boom-bust cycle: characteristics and implications" dengan pembicara yakni carmen reinhart (Guru Besar Harvard Kennedy School), Mirza Adityaswara (Dewan Gubernur Senior Bank Indonesia), Jahja Setiaatmadja (Presdir BCA), Rizal Prasetijo (komisioner LPS).

Sementara sesi kedua bertema "the political economy of boom-bust cycles" dengan pembicara yaitu Agustinus Prasetyantoko (Ekonom BTN), Bambang Brodjonegoro Wamenkeu), Hikmahanto Juwana (Dosen FHUI), dan Sofjan Wanandi (Ketua Apindo).
AHL  

sumber metroteve



Sementara Ekonom dari Universitas Harvard, Profesor Carmen M Reinhar, menyampaikan pesan "Negara emerging market termasuk Indonesia harus siap menghadapi "rocking water". Jangan sampai financing Indonesia tergantung. Lalu defisit juga harus dikecilkan," ungkapnya.
Pengaruh dari defisitnya anggaran Indonesia disebabkan belanja subsidi bahan bakar minyak yang mencapai Rp 194,2 triliun pada Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) dengan kuota mencapai 46 juta kiloliter. Menurut Reinhart, tantangan terbesar Indonesia adalah menghadapi arus modal keluar pada tahun depan.
Kondisi tersebut berdampak terhadap pelemahan rupiah yang memengaruhi perekonomian Indonesia. "The Fed (bank sentral AS) akan meningkatkan suku bunga pada tahun depan, harus bersiap menghadapinya," kata Reinhart.
Ia menambahkan Indonesia harus meningkatkan pendapatan negara dengan mengurangi belanja yang tidak produktif. "Current account yang defisit harus dibenahi. Pertumbuhan ekonomj yang melambat dan menjaga inflasi harus tetap dilakukan untuk menghadapi tekanan global," kata Reinhart.
Menurutnya, kondisi ekonomi global saat ini merupakan momen untuk Indonesia berbenah sehingga menciptakan perekonomian yang sehat. "Dengan membenahi defisit anggaran dapat mengurangi ketergantungan Indonesia. Langkah tersebut merupakan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia," kata Reinhart.


Slide foto-foto selama acara



Tidak ada komentar: