Selasa, 06 Mei 2014

Pentas Teater Jas Merah

* reportase Lie Hiun Jung dari BBJ

 Bentara Budaya Jakarta di bilangan Palmerah, Jakarta mengetengahkan acara Pentas Teater Keliling “JAS MERAH
Teater yang diadakan pada Selasa, 6 Mei 2014 pukul 20.00 WIB tersebut adalah karya dari Rudolf Puspa. Adapun ide Cerita Dolfry Inda Suri.

Sekilas Teater Keliling :
 
Salah satu grup teater yang konsisten berkarya dan bernapas panjang adalah Teater Keliling. Didirikan pada 13 Februari 1974, kelompok ini sudah berusia 40 tahun berkarya, dengan membawa serta pentas-pentas teater ke berbagai belahan dunia. Selain berpentas di Indonesia, beberapa negara manca telah dikunjungi antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, Pakistan, Korea, Mesir, Rumania dan Australia. Jumlah pentasnya mengagumkan: 1.440 kali pentas.  Grup yang pada awalnya didirikan oleh Dery Syrna, Buyung Zasdar, Paul Pangemanan dan Rudolf Puspa, ini, masih kompak, masih eksis dan bakal menggelar sebuah naskah berjudul “Jas Merah” di Bentara Budaya Jakarta. Naskah karya Rudolf Puspa dengan ide cerita oleh Dolfry Inda Suri, berdurasi 1,5 jam, mengokohkan eksistensi kelompok teater ini masih subur dan perkasa.
 
 
 
Jas Merah, bertutur soal sekelompok anak muda dengan beragam karakter yang tumbuh kembang di zaman serba materialistik yang mengungkung sekaligus menggerus jiwa nasionalisme.  Dalam imajinasi mereka masih tertanam nama-nama para pahlawan dan tokoh sejarah seperti Soekarno, Kartini, Gajahmada, Martha Tiahahu dan beberapa nama lain, muncullah kesadaran baru bahwa bangsa ini terpuruk ke titik nadir karena ulah bangsa sendiri yang lupa pada sejarah. Seperti dilontarkan oleh Bung Karno Jas Merah mengandung makna  Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.
Identitas Teater Keliling identik dengan nama Rudolf Puspa dan istrinya Dery Syrna. Pasangan ini berjibaku dalam dunia teater dihempas  pasang surutnya kehidupan. Rudolf Puspa adalah sulung dari pasangan orang tua yang berprofesi sebagai guru SMP, dilahirkan di Solo, 29 Juni 1947. Memori masa kanaknya membuat dirinya mudah terharu melihat kesengsaraan di sekitarnya dan ingin menyuarakan kepada dunia lewat cara yang indah menyentuh rasa kemanusiaan yaitu teater.
Belajar berteater kepada Arifin C Noer di Yogyakarta (1964) di grup teater ketjil, yang memberi pengaruh kuat untuk bereksperimen di dunia teater sekaligus mendorong dirinya untuk menjalani hidup sepenuhnya hanya di dunia pentas teater. Pesan Arifin C Noer sangat membekas pada dirinya dan sampai detik ini Rudolf masih membawa amanat gurunya tersebut dengan tetap konsisten.

sumber BBJ

Slide foto-foto selama pentas


--- 

Tidak ada komentar: