Jumat, 03 Oktober 2014

Diskusi Publik Uji Publik Kandidat Kabinet Jokowi-JK

Diskusi Publik
Uji Publik Kandidat 
Kabinet Jokowi-JK


Waktu:
3 Oktober,09.10-12.00,
 

Lokasi:
Hotel Alia Cikini

Narasumber:
  1. DR. Raja Juli Antoni, Direktur Eksekutif The Indonesia Institute
  2. Dr. Ir. Iwan Ratman, M.Sc., Praktisi Perminyakan
  3. Andar Nubowo, DEA, Direktur Eksekutif IndoStrategi
Moderator:
Chamad Hojin, Redaktur KORAN SINDO

NOMagz/IndoStrategi, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno dalam pidatonya pada Agustus 1963 menegaskan supaya negeri ini berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Pidato ini dikenal dengan “Pidato Trisakti”, yang hingga saat ini substansi pidato tersebut menjadi motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk terus bergerak maju.


Di tahun itu, bapak pendiri (founding father) bangsa ini telah menatap jauh ke depan supaya Indonesia menjadi kiblat bagi negara-negara di dunia, baik di bidang politi, ekonomi, maupun budaya. Akan tetapi, selama ini harapan besar Soekarno itu hampa belaka. Hampir setiap hari rakyat Indonesia disuguhi tontonan politik yang sarat dengan politik uang, kebijakan dalam negeri yang tak populis, hingga problem klasik masalah kesehatan dan pendidikan yang belum bisa dinikmati rakyat bawah (grass root) secara menyeluruh.


Meski ekonomi nasional tumbuh positif 5,5%  (kuartal II/2014), namun faktanya kemiskinan, pengangguran, dan berbagai problem kebangsaan lainnya tetap mengemuka. Beberapa pengamat ekonomi menilai, akar pesoalan ini muncul karena selama ini perspektif pembangunan dalam negeri hanya berpusat di daratan. Padahal, jika pemerintah punya kehendak politik untuk memberi perhatian lebih besar pada sektor maritim, dan diintegrasikan pada sektor agraria, tak mustahil bila bangsa ini akan lepas dari semua masalah sosial tersebut.


Keterpilihan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019 memberi angin perubahan bagi masa depan Indonesia. Pasalnya, dua sosok pemimpin rakyat itu selama ini mengutarakan keinginannya untuk mengentaskan berbagai persoalan krusial tersebut. Salah satu kesungguhan mereka dibuktikan dengan akan dibuatkannya pos-pos kementerian yang mengurusi persoalan maritim, agraria, pendidikan tinggi dan riset, serta memperkuat peran kementrian dalam negeri.

.
Menurut Direktur Eksekutif IndoStrategi Andar Nubowo, untuk menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan itu tak cukup dengan hanya membuat pos-pos baru kementerian. Yang lebih penting ialah menempatkan orang-orang yang tepat untuk mengisi pos-pos kementerian tersebut.


Terdapat beberapa pos kementerian yang dianggap publik sebagai pos-pos yang strategis, di antaranya Kementerian Maritim, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Agraria, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,  serta Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi.   


Dalam beberapa minggu ini, sejumlah nama yang layak untuk mengisi pos-pos tersebut ramai muncul di berbagai hasil survei kandidat menteri, baik yang dilakukan lembaga survei maupun media massa. Dari itu, IndoStrategi mencoba melakukan penelitian atau uji publik terhadap berbagai nama yang beredar tersebut.


Riset uji publik ini melibatkan sebanyak 380 responden yang terdiri dari pakar hukum, politik, pertahanan, ekonomi, seniman, pakar budaya, stakeholder pendidikan, hingga aktivis HAM dan reformasi agraria di berbagai perguruan tinggi dan LSM di Indonesia. Penelitian dilakukan mulai tanggal 21 September - 01 Oktober 2014. 


Dari hasil riset itu, IndoStrategi menempatkan beberapa sosok kandidat menteri yang dianggap tepat mengisi pos-pos kementerian strategis. Beberapa figur itu seperti, Isran Noor (Menteri Dalam Negeri), Rizal Sukma (Menteri Luar Negeri), Suyanto (Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah), Bambang Setiaji (Menteri Pendidikan tinggi dan Riset Teknologi), dan Rokhmin Dahuri (Menteri Maritim).


“Beberapa figur tersebut dianggap mampu menyelesaikan berbagai problem kebangsaan dan memenuhi keinginan rakyat. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat memaksimalkan potensi dan modal sosial yang dimiliki bangsa ini,” kata Andar di acara konferensi pers di Hotel Alia Cikini, Jakarta Pusat, Jum’at (03/09).



Potensi maritim dan perikanan, misalnya, Rokhmin dinilai memiliki pandangan luas tentang potensi ekonomi biru yang diharapkan mampu berkontribusi bagi pembangunan nasional.  Sementara Isran Noor dinilai pantas menduduki Kemendagri karena selama menjabat sebagai Bupati Kutai Timur, daerah ini mengalami banyak kemajuan, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi, perbaikan pendidikan, hingga layanan masyarakat. Apalagi, hingga sekarang dia aktif sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).


Sedangkan Bambang Setiaji dianggap punya kompetensi untuk menduduki Kementerian Pendidikan Perguruan Tinggi dan Riset Teknologi karena punya pengalaman kerjasama internasional yang tak diragukan. Nilai lebihnya, pria ini memiliki kedekatan emosional dengan presiden terpilih Jokowi. Dari itu, jika dia nanti benar menempati pos ini maka dia akan mewujudkan program yang dikampanyekan jokowi di bidang pendidikan, yaitu program-program riset dan pemberian beasiswa bagi mereka yang berprestasi.
 Perlu diketahu bahwa dalam survei uji publik IndoStrategi, Rokhmin mendapatkan 90% suara, sementara calon kementerian maritim lainnya, yaitu Nono Sampono (10%), dan Sinyo Sarundajang tidak memperoleh suara. Untuk Kemenlu: Rizal Sukma (60%), Arief Havaz Oegroseno (30%), dan Hikmahanto Juwana (10%). Untuk Kemendagri; Isran Noor (67%), Pratikno (11%), dan Siti Nurbaya (0%), abstain (22%).


Untuk Menteri Pendidikan tinggi dan Riset Teknologi: Bambang Setiaji (56%), Ganjar Kurnia (11%), Yohanes Surya (22%), dan abstain (11%). Sementara untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Suyanto (50%), Abdul Munir Mulkhan (30%), dan Akhmaloka (20%). “Dalam riset ini, kita masih menekankan 60:40 bagi profesional dan politisi profesional. Kenapa ini penting?, karena ini berkaitan dengan efektifitas kinerja kementerian selama lima tahun ke depan,” jelas Andar.  
.

****


1) Metodologi penelitian dilakukan berdasarkan random sampling dari 380 pakar di bidangnya masing-masing. Di antara mereka berprofesi sebagai Dosen (57%), Profesional (21%), Birokrat (11%), dan Aktivis (11%). Latar belakang pendidikan terakhir mereka di antaranya Doktoral (40%) Magister (38%), Sarjana (22%). Dari sisi gender: Laki-lai (79%) dan Perempuan (21%), dan usia: di bawah 50 tahun (59%) dan di atas 50 tahun (41%).  Para pakar tersebut berasal dari sejumlah perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dan LSM yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

2)  Untuk profil masing-masing menteri bisa dilihat lebih lengkap dalam hasil riset yang diterbitkan IndoStrategi (dalam buku).

Slide foto-foto selama acara


VIDEO ACARA :
.

https://www.youtube.com/watch?v=6iMj23OBWW0


Chart Pertanyaan 1 + 2:

klik gambar untuk memperbesar




Chart Responden:

klik gambar untuk memperbesar






Chart Riset Kabinet Jokowi - JK:

klik gambar untuk memperbesar













Nama-nama Calon Menteri:

klik gambar untuk memperbesar




www.NOMagz.com

Tidak ada komentar: