Kamis, 19 Juni 2014

Diskusi "Jejak Lukisan Palsu Indonesia"

Banyak cara dilakukan orang dalam menyalurkan inspirasi dan gagasan-gagasan salah satunya melukis. Melukis sebuah karya seni yang mungkin tidak ternilai harganya, tapi bagaimana kalau karya seni itu di palsukan.

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bersama Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia (PPSI), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki mengadakan diskusi buku bertajuk Jejak Lukisan Palsu Indonesia pada Rabu, 18 Juni 2014, pukul 15.00 WIB di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki.



Siapa yang paling dirugikan oleh pemalsuan lukisan? Sudah pasti ia adalah kolektor yang membeli lukisan palsu. Namun, dampak selanjutnya bukanlah hanya mengena pada diri kolektor secara pribadi, melainkan pada kolektor sebagai sebuah prasarana dunia seni rupa.

Diskusi buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia menghadirkan narasumber:
Bambang Bujono selaku penyunting buku ini, 
Amir Sidharta, pengulas seni rupa yang memiliki sebuah balai lelang, 
Irawan Karseno, pelukis yang saat ini menjadi ketua DKJ. 


Diskusi ini dipandu oleh Chandra Johan, Pelukis dan Kurator Galeri Cemara 6.

Diksusi buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia akan memaparkan tentang seberapa penting dan genting kasus-kasus pemalsuan lukisan di Indonesia, apa saja konsekuensi dengan adanya pemalsuan tersebut, dan sudah seberapa jauh  pemalsuan lukisan ini 'mengganggu' salah satu prasarana seni rupa Indonesia.

Penyunting buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia, Bambang Bujono, mengatakan banyak hal nantinya dibahas terkait isi buku tersebut tentang seberapa penting dan genting kasus-kasus pemalsuan lukisan di Indonesia.

Selain itu, apa saja konsekuensi dengan adanya pemalsuan tersebut, dan sudah seberapa jauh pemalsuan lukisan ini mengganggu prasarana seni rupa Indonesia.

Mantan jurnalis Majalah Tempo ini menjelaskan, kolektor pelukis adalah orang yang paling dirugikan dengan adanya pemalsuan lukisan. Namun dampak selanjutnya bukanlah hanya mengena pada diri kolektor secara pribadi, melainkan juga kolektor sebagai prasarana dunia seni rupa.

"Prasarana kolektor dunia seni rupa kita yang mulai terbentuk nyata pada pertengahan 1980-an, semula hanya ada satu-dua kolektor Indonesia bukan hanya membentuk sisi lain, yakni pasar seni rupa, melainkan langsung atau tak langsung juga merangsang perkembangan seni rupa kita," katanya.

Karena itu sedikit banyak adanya gangguan pada prasarana kolektor akan juga berpengaruh pada perkembangan seni rupa Indonesia yang sudah hadir di seni rupa global.

Buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia adalah buku pertama yang dipublikasikan yang memuat sejumlah fakta, wawancara, analisis, dan reproduksi yang berkaitan dengan pemalsuan lukisan di Indonesia.
 
Lukisan S. Sudjojono dipilih sebagai pokok bahasan karena sejumlah karya yang diragukan keautentikannya di OHD Museum. 


Mengenai Bambang Bujono
Penulis dan editor, pernah bekerja sebagai wartawan di Majalah Tempo dari 1978 sampai majalah ini dibredel Pemerintah Soeharto, 21 Juni 1994, lalu Ikut merintis Tempointeraktif (1996), memimpin majalah D & R (1996-2000) setelah majalah ini dibeli PT Grafiti Pers (penerbit Tempo yang diberedel). Selanjutnya, pria kelahiran Solo pada 1947 ini meneruskan menulis tentang seni rupa (ikut menulis esei tentang Affandi di buku Affandi terbitan Sardjana Sumichan), menyunting beberapa buku (antara lain Seni Rupa Indonesia dalam Kritik dan Esai, terbitan Dewan Kesenian Jakarta, 2012, bersama Wicaksono Adi. 

Mengenai Amir Sidharta
Adalah kurator museum Universitas Pelita Harapan. Saat ini ia mengelola balai lelang SIDHartA Auctioneer. Pameran yang telah digarapnya di antaranya pameran "Tegang Bentang Perdebatan Pemikiran Dalam Perkembangan Arsitektur di Indonesia" dan "Pameran Mooi Indie Hingga Persagi" di Museum Seni Rupa Jakarta, 1997. Ia juga telah menerbitkan beberapa buku tentang perupa Indonesia, di antaranya S. Sudjojono Visible Soul, Vibrant Arie Smit, Erica Art's Most Playful Child dan buku tentang arsitektur kontemporer Indonesia, 25 Tropical Houses in Indonesia. Ia mendapatkan pendidikannya dalam bidang arsitektur di University of Michigan, Ann Arbor, Michigan, dan dalam bidang permuseuman di George Washington University, Washington, DC, Amerika Serikat.

Mengenai Irawan Karseno
Pelukis yang juga menjabat Ketua Dewan Kesenian Jakarta periode 2013-15, yang menulis skripsi sarjananya membahas tema-tema sosial dalam lukisan S. Sudjojono, dibawah bimbingan almarhum Sanento Yuliman. Irawan akan memberikan contoh-contoh bagaimana analisis tema bisa menjadi salah satu pegangan untuk menengarai apakah sebuah lukisan yang dinyatakan sebagai karya S. Sudjojono benar Sudjojono dipilih sebagai pokok bahasan karena sejumlah karya yang diragukan keautentikannya di OHD Museum, antara lain, dinyatakan sebagai lukisan S. Sudjojono.

Slide foto-foto selama acara



VIDEO ACARA :




www.NOMagz.com 

Tidak ada komentar: