Selasa, 01 November 2016

PELUNCURAN & DISKUSI JURNAL MAARIF Tafsir Kontemporer Muhammadiyah: Negara Pancasila sebagai Dar al-Ahdi wa al-Syahadah

PELUNCURAN & DISKUSI 
JURNAL MAARIF
Tafsir Kontemporer Muhammadiyah: 
Negara Pancasila sebagai 
Dar al-Ahdi wa al-Syahadah



Waktu :
Senin, 31 Oktober 2016

Tempat :
PP Muhammadiyah, Cikini, Jakarta

Pembicara :
  1. Anhar Gonggong
  2. Andar Nubowo
  3. Yudi Latif

Sambutan :
Hajriyanto Y. Thohari .


Siaran Pers

"Negara Pancasila; Tafsir Kontemporer Muhammadiyah"

Jakarta, 31 oktober 2016

Fanatisme keagamaan, radikalisme dan diskriminasi kian menggerus ideologi bangsa. Propaganda sistem khilafah dan ideologi Islam lintas Negara semakin massif dilakukan. Pancasila yang sejatinya dihasilkan melalui konsensus bersama pada pendiri bangsa, malah seringkali dianggap sebagai bagian dari sistem thagut. "Ada upaya serius dari sebagian kalangan untuk menggoyahkan kepercayaan publik terhadap Pancasila sebagai dasar kita berbangsa dan bernegara. Lalu mencoba menggantinya dengan ideologi keagamaan yang sempit dan radikal," ungkap M. Abdullah Darraz, Plt. Direktur Eksekutif MAARIF Institute. "Ini artinya Pancasila sebagai payung kebangsaan, landasan hidup bersama dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia menghadapi ancaman", lanjut Darraz.

"Pancasila adalah faktor pemersatu (common denominator) yang dapat menyatukan seluruh unsur kebinekaan yang menjadi kekayaan bangsa ini", ungkap Darraz. Oleh Karena itu sebagai sebuah ideologi pemersatu, Pancasila harus terus
dijaga dan ditafsirkan secara nyata dalam laku dan tingkah kita di kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks politik pilkada yang berkembang akhir-akhir ini, Pancasila harus menjadi haluan utama, pijakan moral dalam berpolitik, bukan malah dikhianati melalui berbagai laku korup, penebaran kebencian, dan memecahbelah antara sesama anak bangsa.


Muhammadiyah sebagai satu ormas Islam terbesar di Indonesia salah mengambil sikap resmi yang diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 lalu di Makassar. Sikap resmi tersebut terkait dokumen Konsep Negara Pancasila sebagai D
al 'Ahdi wa al-Syahadah. Dalam dokumen ini, Muhammadiyah meneguhkan kembali bahwa Pancasila adalah konsensus bersama, dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dijaga. NKRI yang berlandaskan Pancasila merupakan sebuah Negara hasil konsensus nasional (Dar al-'Ahdi), dan menjadi tempat pembuktian dan kesaksian (Dar al Syahadah) untuk menjadi sebuah negeri yang aman dan damai (dar al-salam).


Namun demikian, kelahiran dokumen ini memunculkan pertanyaan berikutnya tentang bentuk tafsiran atas konsep yang dihasilkan oleh Muhammadiyah tersebut. Apa saja tafsir dan penjelasan baru tersebut jika dikaitkan dengan realitas historis umat hari ini dan bagaimana mengkontekstualisasikan sila-sila dalam Pancasila di era kontemporer ini?
Pertanyaan kunci yang mengemuka dalam acara diskusi dan acara peluncuran Jurnal Maarif edisi ke 25, Volume 11 No. 1 Juli 2016 Senin (31/10) di Aula KH. Ahmad Dahlan PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat. Jurnal MAARIF edisi kali ini mengambil tema "Tafsir Kontemporer: Negara Pancasila sebagai Dar al- 'Ahdi al-Syahadah". Hadir sebagai narasumber diskusi ini adalah Yudi Latif (Cendekiawan Andar Nubowo (Direktur Utama LazisMU) dan Anhar Gonggong (Sejarawan). Acara ini dimoderatori oleh Pemimpin Redaksi Jurnal M Ahmad Imam Mujadid Rais dan dibuka oleh Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari.

Dalam kesempatan ini, pemikir kenegaraan dan cendekiawan Muslim Yudi Latif memaparkan tentang tafsir sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
Moralitas "Pancasila bisa dipandang civic religion yang menyediakan prinsip-prinsip dasar (core values) yang menjadi titik temu (common denominator) dalam pengelolaan ruang publik bersama. Sebagai titik temu, harus dihindari adanya monopoli tafsir, dan tetap dibiarkan terbuka bagi suatu public deliberation. Dinamika Pancasila menghendaki adanya dialog yang hidup, yang dengan tekun dikembangkan" Ungkap Doktor lulusan Australia National University ini.


Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua MPR RI Periode 2009-2014 Hajriyanto Y. Thohari dalam pidato kuncinya menyebutkan bahwa dengan kehadiran tafsir kontemporer ini sekaligus menunjukkan lemahnya argumentasi konstitutif pihak-pihak yang selama ini ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Islam atau yang lainnya. "Gagasan gagasan segar yang dituliskan dalam Jurnal MAARIF edisi kali ini memberikan argumentasi dan pendasaran teoritik dan historis sosiologis tentang kompatibilitas Pancasila dan lslam. Sebagaimana menjadi ruh dari pemikiran Muhammadiyah tentang Dar al- 'Ahdi Wa al Syahadah".

Acara Peluncuran Jurnal MAARIF ini diselenggarakan atas kerjasama MAARIF Institute dengan LazisMu (lembaga Filantrofis Muhammadiyah) dan didukung oleh Majalah Monday. Dalam acara ini dilangsungkan pula penandatanganan perjanjian kerjasama antara MAARIF Institute dan LazisMU berkaitan dengan program-program strategis pemberdayaan sumber daya filantropi untuk upaya penguatan masyarakat sipil di Indonesia. Kerjasama ini ditandatangani oleh Direktur Utama LazisMU Andar Nubowo dan Plt. Direktur Eksekutif MAARIF Institute Muhd. Abdullah Darraz.

 
NOMagz.com

Tidak ada komentar: